Mimpi – Falling in The Darkness (Chapter 1)

By | February 4, 2021
Spread the love

Jeslyn terbangun dari tidur lelapnya, ia lalu melirik jam weker yang terletak di atas meja tak jauh darinya.

Pukul 02.15 malam

“Kau milikku Jeslyn!”

Kalimat yang terus terngiang-ngiang di pikirannya.

Gadis itu menarik nafas panjang. “Huftt… Mimpi ini benar-benar mengganggu, dan siapa pria yang terus mengatakan kalimat itu?” gumamnya pelan. Keringat dingin terus bercucuran dari pelipisnya.

Jeslyn cukup heran karena beberapa hari ini dia memimpikan hal aneh. Dengan samar-samar dia mengingat beberapa kejadian dalam mimpinya. Mimpi tentang pria yang akan membawanya pergi, pria yang mengklaim bahwa dirinya adalah miliknya.

Namun yang Jeslyn herankan kenapa ia tidak bisa mengingat wajah pria yang terus datang di mimpinya itu, pria yang sangat misterius.

“Dirimu adalah milikmu Jes, bukan milik siapa-siapa,” pikir Jeslyn berusaha menenangkan diri, ia kemudian menetralkan deru nafasnya yang terasa semakin pendek.

Setelah merasa lebih baik Jeslyn turun dari kasurnya kemudian berjalan ke arah dapur, tenggorokannya terasa kering dan harus segera dialiri air.

Sebelum kembali memasuki kamarnya, Jeslyn mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah, senyum miris perlahan menghiasi wajah cantiknya, kesendirian ini benar-benar memuakkan, diusianya yang baru menginjak 17 tahun ia harus hidup sebatang kara.

“Hidupku benar-benar menyedihkan.”

***

Wellington High School

Jeslyn berjalan memasuki gerbang sekolahnya dengan langkah sempoyongan, pikirannya melayang entah ke mana. Perasaan gelisah dan rasa tidak tenang di karenakan mimpi semalam.

“Selamat Pagi Jes,” sapa Arlen Sahabat dekat Jeslyn.

“Hey, selamat pagi Len,” balas Jeslyn tersenyum hangat.

“Kau melamun? aku memanggilmu sejak tadi tapi kau tidak juga menoleh padaku, ada apa Jes?” tegur Arlen, ia merasa sikap sahabatnya benar-benar aneh.

“Aku tidak apa-apa Len, sungguh.” Jeslyn berusaha meyakinkan sahabatnya itu.

“Jangan berbohong!”

“Aku tidak berbohong Len!”

Tringgg…tringgg…

Bunyi Bel menandakan jam pelajaran pertama telah masuk. Para murid yang berlalu lalang segera berlari ke kelas mereka masing-masing.

“Len bel sudah berbunyi Aku ke kelas yah! Bye!”

“Ok, sampai Jumpa di kantin,” ucap Arlen berlalu pergi.

Arlen merupakan sahabat Jeslyn, dari kecil mereka selalu bersama, namun saat memasuki SMA mereka harus berpisah kelas karena mengambi Jurusan yang berbeda, sangat disayangkan.

***

Suasana kelas yang semula ribut seketika menjadi tenang, ketika Miss Alberta wali kelas yang terkenal killer berjalan memasuki ruang kelas, di belakangnya terlihat seorang pria yang mengekor.

“Selamat pagi, hari ini kita kedatangan murid baru!” tegas Miss Alberta, seluruh siswa menyambutnya penuh senyuman bahkan sorakan.

“Perkenalkan dirimu,” suruh Miss Alberta kembali.

Pria yang sebelumnya menunduk mulai mengangkat kepalanya, menampilkan wajah tampan yang terkesan dingin.

“Aku Genta Alexei,” ucap pria itu singkat namun dengan suara berat terkesan seksi.

Siswa pindahan yang amat tampan, kulit putih pucat, hidung mancung, postur tubuh atletis, kata sempurna mewakili semua yang ada pada dirinya. Dalam sekejam dia telah menjadi perbincangan seluruh wanita di kelas itu.

“Jes.. ayo liat dia!” suruh Lisa teman sebangku Jeslyn, namun tak diperdulikan oleh Jeslyn yang masih asik dengan hobinya yaitu membaca novel terjemahan kesukaannya.

“Jes… berbalik ayolah!”

Jeslyn menghembuskan nafasnya kasar.

“Diam!” teriak Jeslyn dengan nada cukup keras mampu membuat seluruh siswa menatapnya risih, begitu pula Miss Alberta dibuat kaget.

Jeslyn mendapatkan tatapan tajam dari Miss Alberta. “Ada apa Jeslyn? apa kau ingin aku hukum karena berani-beraninya berteriak dalam kelas ini!”

Jeslyn tersenyum kiku, lalu menggeleng cepat. “Maa…maafkan aku Miss,” ucapnya menunduk.

“Simpan Novelmu atau aku akan menyitanya Jes, ini jam pelajaran Matematika!” tegur Miss Alberta kembali.

Malu, Jeslyn dibuat sangat malu.

Perlahan mata Jeslyn melirik pria yang tengah berdiri di depan kelas. Mata mereka bertemu, untuk sesaat Jeslyn dibuat tertegun wajah pria itu terlihat familiar, Jeslyn seperti pernah melihatnya tapi entah di mana.

clip

Jeslyn membulatkan matanya saat siswa baru itu mengedipkan satu matanya padanya. “Astaga apa dia sedang menggodaku? Pria brengsek,” pikir Jeslyn tak menyangka.

“Kau mau mati hah?” teriak Jeslyn refleks.

“Apa lagi yang kau lakukan Jeslyn!” murka Miss Alberta.

Jeslyn menutup matanya menetralkan emosinya, “Sekali lagi maafkan aku Miss,” mohon Jeslyn kemudian tersenyum penuh harap.

“Jika kau berteriak lagi, aku akan langsung menghukummu!”

Jeslyn mengangguk, ia buru-buru mengalihkan pandangannya kembali fokus ke bacaannya, sudah cukup dia tidak mau ambil pusing lagi.

Miss Alberta menggeleng, lalu kembali menatap Genta. “Apa hanya itu yang ingin kau katakan Genta?” tanya Miss Alberta.

Genta mengangguk.

“Dan Kalian semua apa ada yang ingin bertanya pada Genta?” Miss Alberta kembali membuka suara.

“Dia dari planet mana? kenapa tampan sekali?”

“Bisakah aku meminta no teleponmu?”

“Apa kau sudah punya pacar?”

“Genta maukah kau jadi pacarku!”

Pertanyaan aneh terlontar bertubi-tubi dari beberapa siswi, Miss Alberta merutuki kebodohannya karena membuka sesi pertanyaan.

“Dasar Kalian! ini bukan waktunya untuk bercanda.” Marah Miss Alberta dengan tatapan tajam membuat para siswi centil itu bungkam.

“Dan kau Genta, kau boleh duduk di bangku kosong sebelah kanan,” suruh Miss Alberta.

Genta kembali mengangguk dengan wajah cuek namun masih terlihat tampan dan mempesona tentunya, dia mulai berjalan ke arah bangku kosong bagian belakang yang tersedia, matanya tak henti menatap Jeslyn yang masih Asik membaca buku.

“Baik, hari ini kita akan belajar Matematika buka halaman 102, dan kau Dea kemari kerjakan soal no 3 di papan tulis!” Sang ketua kelas Dea mulai mengerjakan soalnya.

Suasana kelas menjadi lebih tenang dari sebelumnya.

***

Tringgg…Trinnggg.

Bel Istirahat berbunyi.

“Kita sudahi sampai di sini, jangan lupa soal halaman 105 menjadi Homework kalian, sekian dan terima kasih!” ucap Miss Alberta lalu berjalan keluar kelas.

Hal ini tentu saja membuat semua murid bersorak gembira, pelajaran Matematika sangat memuakkan bagi mereka semua.

Suasana kelas kembali ribut. Para Murid wanita mulai mengerumuni Genta yang dalam hitungan menit sudah menjadi populer berkat wajah tampannya itu.

“Genta Kau sudah punya pacar? ayo ke kantin denganku,” ajak Dian menghampiri Genta yang masih asyik memandang Jeslyn.

“Tidak, ayo pergi ke kantin bersamaku, aku akan membawamu keliling sekolah,” ajak Amber tak mau kalah.

“Yah aku yang mengajaknya duluan.”

“Tidak, biar aku yang menemaninya?”

“Menyingkirlah.”

“Kau yang menyingkir gadis bodoh.”

Genta hanya menatap sekilas beberapa wanita yang sedang berdebat itu, dan terus melanjutkan aktivitasnya menatap Jeslyn.

Brak

Jeslyn membanting buku yang dibacanya, habis sudah kesabarannya, dia benar-benar tidak suka suara ribut yang mengganggu acara membacanya.

“Bisakah kalian berdua diam, kalian membuatku muak, jika ingin bertengkar jangan di sini,” marah Jeslyn membuat ke 2 teman kelasnya yang terus bertengkar terdiam sejenak.

Genta berdiri lalu perlahan berjalan mendekati Jeslyn, ia menatap lekat wajah marah Jeslyn yang terkesan lucu dan menggemaskan, hingga mata mereka bertemu.

“Ada apa? kenapa kau terus melihatku seperti itu?” tanya Jeslyn jengkel.

Genta tersenyum. “Kau sangat cantik, kau berhasil membuatku jatuh cinta dalam hitungan detik, tidak aku bahkan tidak butuh hitungan untuk mencintaimu.”

Jeslyn mengerutkan dahinya, apa-apaan pria ini, apa dia sedang merayu. “Kau berbicara seakan mengenalku?” Jeslyn berdecak kesal.

“Tentu aku sangat mengenalmu, wanita dengan iris mata Hazel, sangat cantik dan menarik, aku semakin mencintaimu.”

Ucapan yang terlontar dari bibir Genta berhasil membuat mereka jadi pusat perhatian seisi kelas, Jeslyn sang Primadona sekolah sedang dirayu oleh siswa baru yang sangat tampan. Siapapun tentu akan cemburu melihat pemandangan di depannya.

“Apa kau mengenalnya?” tanya Lisa teman duduk Jeslyn.

Jeslyn menoleh, lalu segera menggeleng. “Tidak, aku bahkan baru bertemu dengannya hari ini,” jawab Jeslyn.

“Rupanya kau melupakanku, sangat disayangkan, aku kecewa.” Genta kembali berbicara, semakin membuat Jeslyn heran.

Omong kosong apa ini! pikir Jeslyn.

“Siapa dia Jes?”

Apa dia Pacarmu? Tapi kenapa kau seakan tak mengenalnya”

“Wah, aku iri!”

Pertanyaan kembali terlontar dari teman sekelasnya. Jeslyn yang ditanya seperti itu hanya menatap cuek seisi kelas yang terus mengajukan pertanyaan aneh. Dia bahkan tak mengenal Genta, jadi apa yang harus dijawabnya?

Masa Bodoh lebih baik ia pergi, Jeslyn kemudian berjalan keluar dari kelas tak memedulikan ekspresi teman sekelasnya.

Sejauh Apapun Kau pergi
Jika takdirmu adalah bersamaku
Maka Kupastikan kau akan kembali padaku bagaimanapun caranya, itu pasti.

-Genta Alexei-

Novel Fanelaa – Falling in The Darkness

8 thoughts on “Mimpi – Falling in The Darkness (Chapter 1)

  1. Pingback: Pria Aneh - Falling in The Darkness (Chapter 2) - Novel Fanelaa

  2. Pingback: 11 Kuis Tebak Lagu Terpopuler, Yakin Bisa Jawab Semua ?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *