Jeslyn berlari menuruni tangga dengan nafas yang tersengal-sengal. Karena terlalu fokus membaca novel di balkon gedung sekolah, dia sampai tak menyadari jika jam pelajaran seni yaitu pelajaran kesukaannya akan segera dimulai. Dia terus mempercepat langkah kakinya, gedung Kesenian cukup jauh dari tempatnya saat ini.
Notice : Pastikan telah membaca chapter sebelumnya : Mimpi
Huftt..Huftt..Huftt..
Jeslyn menetralkan deru nafasnya ketika sampai di depan pintu kelas, dengan langkah yang sangat pelan ia berjalan memasuki kelas itu, jangan khawatir pelajaran ini tidak melarang untuk siswanya terlambat.
Mata Jeslyn memandangi seluruh ruangan, sangat disayangkan seluruh kursi bagian depan telah penuh, hanya ada 1 kursi kosong yaitu dipojok belakang jujur Jeslyn sangat tidak menyukai tempat itu duduk dibelakang seperti orang terbuang, Huft menyebalkan. Dengan langkah malas ia berjalan menuju tempat menjengkelkan itu.
Jeslyn mengerutkan dahi menatap teman sebangkunya, bukankah dia murid baru itu? Ini hari pertamanya, tapi pria itu sudah menampakkan kemalasannya.
“Murid baru yang sangat pemalas,” sindir Jeslyn mendapati Genta yang saat ini sedang menenggelamkan wajahnya di atas kedua tangannya. Inilah yang tidak disukai Jeslyn duduk dipojokan membuatnya tak terlihat oleh Guru, kesempatan baik bagi orang pemalas namun tidak untuk seorang Jeslyn yang suka belajar.
Grap
Genta memperbaiki posisi tidurnya kini wajahnya menghadap ke arah Jeslyn membuat Jeslyn yang awalnya fokusnya kedepan menjadi teralihkan.
Entah mengapa senyum mulai terukir di wajah cantiknya, dia menatap lekat wajah pria itu sangat tampan dengan Garis wajah yang sempurna. Jeslyn akui pria di hadapannya ini memang pantas di perebutkan oleh teman kelasnya tadi. Tanpa sadar tangan kanannya dengan berani mengelus rambut yang menutupi kening pria itu, seolah tertarik lebih dalam memperhatikan wajah tampannya.
“Kau siapa? kenapa terlihat familiar bagiku?” Gumam Jeslyn pelan.
“Aku yakin kita pernah bertemu sebelumnya, tapi di mana?” lanjut Jeslyn semakin dibuat berpikir keras.
Drap
Mata Genta tiba-tiba terbuka, “Apa sekarang kau terpesona dengan wajah tampanku gadis cantik?”
Deg, ucapan Genta berhasil membuat Jeslyn tersentak, dia malu kedapatan sedang memerhatikan bahkan sampai menyentuh wajah pria itu.
“Tidak, aa..aku hanya ingin membangunkanmu, lihatlah jam pelajaran sudah usai!” Jawab Jeslyn gelagapan.
“Jangan bohong bilang saja kau mengagumi wajahku kan! terlihat jelas dari wajahmu, apa sekarang kau mulai menyukaiku?” tanya Genta memperbesar suaranya, sengaja ingin membuat Jeslyn malu.
Jeslyn memutar bola matanya asal, ia menyesal karena sudah memerhatikan wajah pria ini, tanpa menjawab Jeslyn segera pergi meninggalkan Genta, dia sudah sangat malu karena beberapa siswa mulai menatap mereka dan ada pula yang berbisik-bisik.
“Kau benar-benar pria gila!” teriak Jeslyn, sebelum menghilang dari balik pintu ruangan.
“Kau Mateku Jeslyn, takdir seorang Genta Alexei!”
***
Sementara itu, berbeda dengan dunia Manusia…
Sebuah tempat yang amat jauh dari peradaban manusia. Seorang pria paruh baya dengan jubah khas kerajaan berjalan memasuki Kastil Megah bernuansa mewah dengan ukiran indah disetiap dindingnya. Jika diliat, usia pria itu sekitar 40 tahunan. Wajahnya yang terlihat tegas dengan postur tubuh tegap terlihat sangat berwibawa, di belakangnya ikut beberapa pria dengan pakaian pengawal yang selalu mengikutinya ke mana pun pria tua itu pergi.
Beberapa pengawal menghentikan langkahnya, sekarang tugasnya hanya menjaga kediaman sang pemimpin.
Yang Mulia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan privasinya, diikuti salah satu pengawal setianya.
“Yang Mulia… hamba memohon untuk menghadap,” ucap Pengawal itu menunduk hormat.
“Katakan ada apa? Bagaimana dengan hasil pencarian apakah membuahkan hasil?”
Ekspresi wajah sang pengawal itu berubah panik. “Maafkan saya yang Mulia… saya belum menemukan Tuan Muda dan Nona.”
Leston pemimpin kerajaan Alexei menghela nafas. “Kau harus segera menemukan mereka, sebelum gerhana bulan terjadi, kau tau sendiri pada saat gerhana bulan wanita itu akan berulang tahun yang ke 17, aroma darahnya akan sangat menggoda para vampir evil yang tinggal di bumi.”
“Saya akan berusaha menemukan mereka secepat mungkin Yang Mulia!” ucap Mandley berusaha menenangkan Leston.
“Aku mempercayaimu sepenuhnya Mandley.” Yah Mandley memang pengawal sopan, paling tangkas dan terpercaya di kerajaan ini, itulah kenapa Tuan Leston sangat mempercayakannya pada hal-hal privasi seperti ini.
***
“Berhenti menatapku seperti itu Len!” suruh Jeslyn kesal. Sudah cukup dia menerima tatapan sinis dari wanita-wanita di sekolah namun kenapa sahabatnya malah ikut menatapnya seakan ingin menerkamnya, huft hari yang menjengkelkan.
“Apa kau menyembunyikan sesuatu padaku? Huh?” tanya Arlen mulai menyelidiki.
Kening Jeslyn berkerut, “Apa yang kau bicarakan Len? Aku sungguh tak mengerti ucapanmu.”
Arlen semakin penasaran, “Kau harus tahu! Saat ini kau dan dia menjadi trending topik, semua orang membicarakan kalian,” ucap Arlen serius.
“Dia siapa?”
“Jangan pura-pura bodoh, dia siswa baru di kelasmu!”
“Ohh, terus apa hubungannya denganku,” jawab Jeslyn singkat tidak peduli.
“Kau Queen di sekolah ini Jes, murid-murid sangat ingin tau tentangmu, mereka semua mengatakan bahwa kau ada hubungan dengan siswa tampan itu! Apa kau juga ingin menyembunyikannya dariku?” Arlen semakin penasaran.
Jeslyn menatap kesal Arlen.
“Hentikan Len, Aku bahkan baru mengenal dan melihatnya, jangan percaya gosip,” jawab Jeslyn malas.
Senyum mengembang pada bibir Arlen, ini kesempatannya “Benarkah? kalau begitu bantu aku mendekatinya, sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama! aku sempat melihatnya ketika berjalan ke kelasmu.”
“Selalu saja seperti ini, kau selalu mengucapkan hal itu jika ada siswa baru!”
“Dia terlalu tampan,” seru Arlen.
“Terserah kau saja Len,” ucap Jeslyn memutar bola matanya kesal.
“Pulang sekolah kita ke karokean koin, oke?” ajak Jeslyn berusaha mengalihkan pembahasan.
“Kau yang teraktir?”
“Tentu!”
***
“Sungguh sekarang aku menyesal.” Jeslyn mulai bergumam pelan meruntuki dirinya yang terlalu berani keluar rumah di jam seperti ini. Tapi apa boleh buat kebutuhan perutnya lebih penting dan lebih besar dari rasa takutnya.
Grek
Jeslyn semakin mempercepat langkah kakinya ketika mendengar suara ribut dari arah belakang. “Itu kucing, jadi tak usah berbalik,” batinnya menenangkan.
Genta yang saat ini sedang berdiri di atas sebuah gedung menatap Jeslyn yang berjalan seorang diri, dentuman nada keluar dari bibir sang wanita, Genta tersenyum dia tahu sekarang wanita itu takut bisa dilihat dari langkahnya yang tergesah-gesah.
“Ku harap kau hidup dengan nyaman selama ini sayang,” ucap Genta pelan.
Dengan secepat kilat dia mengikuti wanitanya.
Cleak
Sekarang Jeslyn dapat bernafas lega, dia telah sampai di rumahnya dengan selamat. Segera ia memasuki kamarnya dengan cemilan yang telah dibelinya di supermaket tadi, dia akan menonton drama kesukaannya 2 episode cukup untuk mengisi malam ini.
Prang..
Jeslyn yang tengah bersiap menonton dibuat terkejut dengan suara ribut dari arah luar pintu kamarnya. Suara itu berasal dari ruang tamunya.
Apa itu? pikirnya kembali takut.
Karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Jeslyn berjalan ke arah pintu dengan rasa waswas. Ayolah, dia takut karena dia tinggal sendiri.
(Setelah kematian kedua orang tuanya beberapa tahun yang lalu, membuat Jeslyn harus hidup sebatang kara, namun harta yang dimiliki keluarganya cukup banyak sehingga dia tak perlu takut kesusahan, orang tuanya memiliki sebuah Restoran yang akan Jeslyn kelolah setelah tamat nanti).
Cleak
Perlahan Jeslyn membuka pintu kamarnya sepelan mungkin diiringi dengan perasaan takut.
Kosong, tidak ada seorang pun.
“Mungkin hanya tikus.” Jeslyn berusaha berpikiran positif.
Namun Tiba-tiba dari arah belakang seseorang menyekap mulutnya.
“aaaaah, to..tolong…” jerit Jeslyn berusaha memukul orang tersebut dengan sekuat tenaga Jeslyn membalikkan badannya.
Deg…
Mata mereka bertemu, membuat Jeslyn terdiam sejenak untuk berpikir.
Namun tunggu dulu, Jeslyn mengenali wajah pria yang berdiri dihadapannya itu.
“Kauuuu.. Murid pindahan itu kan? apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana caranya kau bisa masuk kesini, hah? Apa kau perampok? Katakan apa maumu sialan!” tanya Jeslyn bertubi-tubi sambil menunjuk-nunjuk kasar pria itu.
Shuutt
Genta menyuruh Jeslyn diam dengan menyimpan jari telunjuknya tepat di bibir Jeslyn.
***
Jeslyn sedari tadi mondar-mandir dengan mulut yang tak hentinya mengeluarkan kalimat kasar.
“Pergi dari sini sialan! aku tidak akan mempercayai omong kosongmu, kau benar-benar gila, aku baru saja mengenalmu. Pergilah, jika kau tidak pergi aku akan berteriak sekeras mungkin, orang-orang akan datang dan memukulmu,” ancam Jeslyn terdengar marah.
“Aku serius, aku ini takdirmu apa kau berani melawan takdir? Aku saja takut, bagaimana jika Sang Maha Kuasa menghukummu,” jawab Genta masih tersenyum tulus, senyuman tanpa dosa, sangat menjengkelkan di mata Jeslyn.
“Kau calon pengantinku, kau mateku!” lanjutnya.
Jeslyn kembali berbalik menatap sinis Genta “Bermimpi pun aku tak sudi, bagaimana bisa menerimamu! Kau bilang aku ini takdirmu? Haha Mengenalmu saja tidak, ingat kita baru bertemu hari ini,” tegas Jeslyn berteriak, ia semakin kesal.
“Kalau begitu aku akan memperkenalkan diri! Agar kau mau menerimaku.”
“Hentikan Genta kumohon, dan pergilah sekarang, aku akan memaafkanmu untuk kali ini,” ucap Jeslyn memohon.
“Tidak, aku tak akan pergi, aku masih merindukanmu,” tolak Genta enteng.
“Pergilah sebelum aku menelepon polisi, jika kau tertangkap kupastikan hukuman yang kau dapatkan akan sangat berat.”
Genta menimang ucapan Jeslyn, lalu mengangguk. “Baiklah, baik karena kau memaksa aku akan pergi dan kau beristirahatlah jaga kesehatanmu, kau terlihat sangat kurus,” ucapnya tersenyum lembut.
Jeslyn berdecak kesal, sungguh dia tidak mau diajak bergurau saat ini.
“Tapi tunggu dulu bagaimana caramu masuk ke rumahku, semua pintu sudah kukunci?” tanya Jeslyn penasaran.
Genta kembali tersenyum “Akan kuberitahu besok, bersiaplah”.
Jeslyn mendorong paksa Genta keluar dari rumahnya, tidak mau ambil pusing mengapa Genta bisa masuk ke rumahnya, toh mungkin Genta masuk karena pintu rumah yang Jeslyn lupa menguncinya.
Brakkk
Jeslyn menutup pintu dengan amat keras.
“Tunggu dulu! apa dia seorang Psychopath? Gerak geriknya seperti cast pada film Psycho yang pernah kutonton!” Gumam Jeslyn.
“Terserah lah.” Jeslyn tidak mau memikirkannya, buang-buang waktu saja.
Jeslyn segera membaringkan tubuhnya pada ranjang miliknya. Moodnya benar-benar berubah 100% keinginannya untuk menonton drama menghilang seketika, dia memilih untuk tidur saja.
00:05 Am
Sudah tepat tengah malam
“Sial kenapa aku tak bisa tidur” Umpatnya kesal.
Ia mendesah berat dan berusaha memejamkan matanya.
Satu detik, dua detik, tiga detik, empat detik, lima detik, tujuh detik, ia terus berusaha untuk tidur namun tetap gagal. Saat ini dia sudah sangat mengantuk tapi matanya tak bisa diajak kompromi, pikirannya hanya dipenuhi tentang Genta.
“Sialan!” umpatnya
Pingback: Vampir itu Nyata! - Falling in The Darkness (Chapter 3)
Yang Maha Kuasa mana yang kamu maksud Genta? 😢
Genta ini vampire kan? Fiks no debat
demi nih cerita gw baca disiniㅠㅠ
Vampir genta amazing