Kerajaan Alexei – Falling in The Darkness (Chapter 9)

By | February 22, 2021
Spread the love

Kerajaan Alexei

“Aku merasakan keberadaan Genta. Apa mereka sudah tiba?” tanya Tuan Leston memastikan.

“Iya tuan, mereka baru saja tiba dan saat ini berada di kastil kerajaan,” jawab Mandley menunduk hormat.

“Baguslah! akhirnya Genta mengambil keputusan yang benar.”

“Tapi Tuan…

Ucapan Mandley menggantung, sehingga membuat Leston penasaran.

“Hal yang Anda takutkan terjadi para evil vampir menemukan Tuan Muda dan Nona Jeslyn!”

Kalimat yang berhasil membuat Leston panik bukan main. “Apa mereka terluka?”

***

Kastil Istana

Saat ini mereka telah berada di Kerajaan Alexei.

“Ki..kita di mana Genta? Ke..kenapa suasana di sini sangat menakutkan? dan tempatnya kenapa seperti di film-film horror?” banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut Jeslyn, dia mencengkram kuat lengan baju Genta, air matanya telah mengalir tiada henti memperlihatkan linangan sungai deras di pipinya.

“Ini kerajaanku, jangan takut tenanglah, di sini kita aman!”

Jeslyn menggeleng cepat. “Tidak, aku tidak mau. Aku ingin pulang! Aku tidak mau di sini, di… di sini bukan tempat untuk manusia sepertiku. Tolonglah antar aku pulang Genta,” bujuk Jeslyn penuh permohonan.

Genta menggeleng. “Tidak, kau ingat kejadian beberapa waktu yang lalu?, mereka memburumu kau tidak aman di sana. Aku bahkan hampir membahayakan dirimu karena kecerobohanku.”

“Jangan bercanda Genta, aku mohon. Aku… aku takut di sini tempat ini terlihat sangat mengerikan,” tolak Jeslyn dengan wajah memelas.

Genta lagi-lagi menolak. “Jangan khawatir aku akan selalu menemani dan menjagamu.”

Dap

Genta memalingkan wajahnya, dapat dia rasakan jika ada seseorang yang menghampiri mereka.

“Ayah!!”

Plak

Sebuah tamparan keras berhasil mengenai pipi Genta.

Hening.

Tak ada yang berani membuka suara, Jeslyn yang melihatnya juga semakin bertambah shock luar biasa.

Leston mendengus kasar. “Itu hukuman karena kau tidak pernah mau mendengarkanku, kau sudah sadar bukan? Mengapa aku menyuruhmu kembali secepat mungkin karena kecerobohan dan keras kepalamu kau hampir saja tak tertolong. Bersyukurlah ada Juno yang membantu,” bentak Tuan Leston kalap.

“Aku tidak menyangka akan seperti ini, maafkan kecerobohanku Ayah,” lirih Genta.

Jeslyn menatap takut ke arah Leston, kenapa pria tua ini dengan teganya menampar wajah Genta?

Merasa diperhatikan, Leston mengalihkan pandangannya ke Jeslyn membuat Jeslyn kembali menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang Genta.

“Jangan takut, aku Leston ayah Genta! Maaf Jika penyambutanmu tidak terlalu baik,” ucap Leston memperkenalkan diri, suaranya berubah hangat.

Jeslyn mengangkat wajahnya takut.

“Rupanya dia Raja kerajaan ini,” batin Jeslyn.

Deg

Dahi Leston menekuk merasa heran mengapa aroma darah Jeslyn berbeda, dia tak mengeluarkan sedikit pun aroma darah manusia, Ada apa ini? Leston dibuat semakin bertanya-tanya, apa itu efek dari ritual beberapa tahun yang lalu? Entah.

“Genta, bawa Jeslyn ke kamarnya! Dia terlihat sangat shock!” suruh Leston.

“Dan setelah kau mengantar Jeslyn aku ingin kau segera ke ruanganku, ada hal yang ingin kubicarakan” Lanjutnya.

***

“Maafkan Aku ayah, karena membuatmu Khawatir!”

Tuan Leston mengontrol emosinya dan perlahan mengangguk paham, “Besok aku akan mengumumkan pertunanganmu dengan Jeslyn saat rapat pertemuan pejabat Kerajaan, kita akan melakukan acara pertunangan dengan sederhana1 hanya dihadiri keluarga inti saja, kau setuju?” tanya Leston.

Leston tahu betul wanita yang dibawa oleh calon pemimpin hanya boleh masuk dan tinggal di kerajaan ini  jika wanita itu sudah menjadi tunangan sang calon pemimpin, itu salah satu tradisi kerajaan ini.

Genta mengulas senyumannya.

“Tunangan?” itu satu langkah yang baik untuk meresmikan hubungannya dengan Jeslyn.

Genta berjalan keluar aula meninggalkan Leston yang masih terdiam seakan memikirkan sesuatu. Rupanya ada hal yang terus menggangu pikiran Leston.

***

Jeslyn terus menatap kamarnya yang terlihat sangat luas, desain emas bernuansa merah terlihat pada setiap dindingnya. Dia menggigit bibir bawahnya ada perasaan tidak tenang dicampur kegelisahan.

Cleak

Jeslyn dapat bernafas lega mendapati Genta yang membuka pintu kamarnya.

Jeslyn segera menghampiri Genta. “Ayo pulang, aku sudah lelah dan ini sudah semakin larut, Arlen akan khawatir mencariku,” ajak Jeslyn.

Genta dengan cepat menatap tajam Jeslyn, Jeslyn yang ditatap seperti itu langsung tertunduk ketakutan.

“Berhenti mengatakan kau ingin pulang!”

“Tapi kan aku manusia, bagaimana bisa beradaptasi di sini! membayangkannya saja tidak bisa,” ucap Jeslyn kembali, terlihat pada matanya ia sedang menahan tangis.

“Tidak, jika aku katakan tidak maka kau tidak bisa pulang, ini semua untuk kebaikanmu cobalah untuk mengerti situasi ini Jeslyn” bentak Genta kembali.

Untuk kesekian kalinya tubuh Jeslyn kembali menegang mendengarnya. Air matanya jatuh. “Ka…kau membentakku?”

Genta langsung sadar, tidak seharusnya dia membentak wanitanya. Bagaimanapun Jeslyn tentu masih Syok dengan keadaan ini.

Perlahan Genta mendekap tubuh kecil Jeslyn, dia tidak tega wanitanya itu mengeluarkan air mata.

“Maaf sayang aku tidak bermaksud membentakmu. Pikiranku tidak karuan, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu,” bujuknya sembari mengelus-elus rambut panjang Jeslyn.

Perlahan tangisan Jeslyn merendah, ia merasakan ketulusan dari ucapan pria itu.

“Te..tempat apa ini?” tanyanya sesenggukan.

Genta tersenyum manis mendengar pertanyaan Jeslyn. “Ini adalah tempat tinggalku, tidak ini tempat tinggal kita,” jawabnya sambil tersenyum.

“Besar sekali kerajaan ini, apa hanya kau pewarisnya?” tanya jeslyn.

Genta mengangguk.

“Ayahmu sangat tampan kau sangat mirip ayahmu,” ucap Jeslyn polos.

“Tidak, aku ini mirip ibuku!” elak Genta.

“Ibumu? Kenapa aku tidak melihatnya?”

Genta tersenyum miris mendengar ucapan Jeslyn.

“Dia telah tiada.”

1 kalimat yang mampu membuat Jeslyn terdiam, sekarang ia merasa tidak enak kepada Genta.

“Jangan sedih setidaknya kau masih lebih beruntung dariku karena Ayahmu masih hidup,” ucap jeslyn matanya kembali berkaca-kaca, tiba-tiba saja ia mengingat kedua orang tuanya.

Entah mengapa Jeslyn sangat cengeng jika berada di dekat Genta.

Genta yang merasakan perubahan pada nada suara Jeslyn kemudian menatapnya lalu memeluknya lembut penuh kasih sayang, sungguh dia tidak bisa melihat wanitanya ini menangis.

“A..aku merindukan mereka, hikss.”

“Jangan bersedih, mereka sudah bahagia di atas sana!” Jawab Genta.

Jeslyn mengangguk, berusaha tegar.

Merasa suasana kembali membaik, Genta memegang tangan Jeslyn dengan penuh cinta, “Kita akan segera bertunangan Jes!” jelas Genta.

Jeslyn terperangah untuk sesaat. “Tu…tunangan?” Seakan tidak mengerti dengan ucapan Genta.

“Aku belum siap Genta!” tolak Jeslyn menggeleng, dia belum siap terikat apalagi dengan seorang vampir, tidak Jeslyn tidak mau.

“Kau tidak bisa menolak Jeslyn, untuk sekali ini saja terima permintaanku! Aku hanya bisa membawa gadis luar ke dalam istana ini jika dia sudah terikat denganku secara sah, mengertilah ini demi kebaikan kita.” Genta berusaha meyakinkan Jeslyn dengan seluruh ucapannya.

Jeslyn tampak menimbang-nimbang ucapan Genta, jika dipikir untuk sementara waktu dia akan aman jika tinggal di kerajaan ini mengingat kejadian sebelumnya di mana para vampir mengerikan itu menatapnya seakan ingin mencabik-cabiknya.

“Baiklah jika itu demi kebaikanku, aku akan melakukannya!”

“Anak pintar!” Genta mengelus puncak kepala Jeslyn dengan kasih sayang.

***

Akademik Kerajaan

Terlihat beberapa gadis tengah berkerumun, mereka nampak membicarakan hal yang cukup serius.

“Apa kau sudah mendengarnya, hari ini kerajaan akan segera menggelar acara pertunangan,” sorak seorang gadis antusias pada teman-temannya.

“Pertunangan? Apa maksudmu?” salah satu gadis kembali bertanya.

“Ayahku bekerja di departemen Kerajaan, dia mengatakan padaku bahwa Tuan Muda Genta akan bertunangan, hanya pihak kerajaan yang dapat menghadiri pertunangan itu.”

Alice yang awalnya tidak peduli akan percakapan dihadapannya itu langsung menoleh kearah kedua vampir yang tengah membicarakan prianya yaitu Genta.

“Wah, siapa wanita beruntung itu?” tanya salah satu wanita vampir itu.

Shhhttt

“Jangan ribut, ini rahasia kerajaan! Aku akan dihukum jika ayahku tau aku membocorkan rahasia ini.”

“Baiklah, tapi aku ingin tau dia dari golongan apa, apa dia Demon? Wolf? Atau sama seperti kita?” tanya kembali salah satu wanita tersebut, terkesan penasaran.

“Entahlah, kupastikan dia sangat cantik.”

“Andaikan saja aku bisa menjadi selir Tuan muda Genta.” gumam salah satu vampir tersebut.

“Berhenti bermimpi! Ayo masuk keruangan, pelajaran selanjutnya akan dimulai.”

Alice memperhatikan langkah mereka hingga hilang dari pandangannya. Wajahnya terlihat dingin seketika.

“…. Tunangan? Jadi Ayah menyembunyikannya dariku?,” gumam Alice terlihat sangat kesal ia bahkan membanting buku yang ada digenggamannya.

***

Tuan Leston berjalan kecil di halaman Istana, langkahnya terhenti tepat di depan taman kecil kerajaan ia terlihat sedang gelisah memikirkan sesuatu.

“Ada apa Yang Mulia? apa yang mengganggu pikiran Anda?” tanya Mandley khawatir pada Tuannya. tidak biasanya Tuannya melamun seperti ini.

Tuan Leston merenung sejenak. “Ini semakin membuatku khawatir Mandley.”

“Maksud Tuan?” seakan tak mengerti dengan ucapan Tuannya.

Leston tersenyum miris. “Ritual yang kulakukan beberapa tahun lalu menyebabkan mereka saling terikat, darah Jeslyn bahkan beraroma seperti darah vampir pada umumnya padahal dia hanya manusia biasa,” gumamnya lirih.

Mandley hanya bisa terdiam lalu menghela nafas berat, ucapan tuannya memang benar.

“Aku melakukan itu tanpa tau akibatnya!”

Tuan Leston tidak pernah menyangka keputusannya untuk menolong Jeslyn beberapa tahun yang lalu akhirnya mengarah ke pada takdir anak semata wayangnya.

Ternyata dialah penyebab gadis itu menjadi mate Genta.

***

Alward menatap pantulan dirinya di depan cermin senyum terus terukir di wajahnya, itu karena dia mendengar bahwa Jeslyn telah tiba dia akan segera menemui wanita itu.

“Alward dengarkan aku!” ucap Emili.

“Ada apa?” tanya Alward masih sibuk merapikan pakaian yang dikenakannya.

“Hari ini…” ucapan Emili terpotong.

“Ada apa?” tanya Alward sekali lagi.

“kudengar Genta dan Jeslyn akan mengadakan upacara pertunangan.”

Ucapan Emili berhasil membuat Alward menyudahi aktivitasnya. Sakit, hatinya terasa mendapat serangan bertubu-tubi.

Brakkk

Alward melempar meja dan kursi yang digunakannya hingga hancur berkeping-keping. Dia benci mendengar berita ini, sungguh moodnya tiba-tiba hancur.

“Sialannn,” umpatnya kasar.

Emili terdiam menatap Alward yang tersulut emosi. Hatinya kembali terluka mendapati sikap Alward.

“Aku tidak akan membiarkan dia menjadi milikmu Genta, aku lelah harus mengalah terus demimu kau sudah mengambil posisiku, gelarku itu sudah cukup tak akan kubiarkan kau merebut Jeslyn dariku!” tegas Alward rahangnya mengeras tangannya terkepal. Sungguh dia amat marah mendengar berita ini.

“Tapi bagaimana denganku? Akupun mencintaimu Alward,” pendam Emilie.

Baca Chapter Lainnya

One thought on “Kerajaan Alexei – Falling in The Darkness (Chapter 9)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *