Pertunangan – Falling in The Darkness (Chapter 10)

By | February 26, 2021
Spread the love

Jeslyn merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Matanya belum bisa terbuka sempurna.

“Bangun sayang!” ujar Genta mengelus lembut surai hitam wanitanya.

“Aku masih ingin tidur, jangan ganggu aku!” teriak Jeslyn malas.

“Tidak Jeslyn, ini hari pertunangan kita kau harus segera bersiap.”

Tak perlu waktu yang lama, ucapan Genta berhasil membuat mata Jeslyn membulat sempurna.

“Kenapa secepat ini, kau bercan..” ucapnya terpotong mendapati beberapa pelayan tengah berdiri menatapnya dengan senyum lembut.

“Bersiaplah, aku akan menunggumu.”

“Tapi…”

“Tidak ada tapi-tapian Sayang,” sanggah Genta cepat.

1 Jam kemudian

Jeslyn keluar dengan Dress Hitam yang diberikan pelayan padanya. Dress Hitam yang sangat elegant terdapat kristal merah pada bagian dada serta bagian belakang yang cukup mengeksplor bahu indah Jeslyn.

Genta tertegun menatap wanitanya. “Kau sangat cantik! Seluruh wanita di kerajaan ini akan merasa cemburu melihat kecantikanmu,” puji Genta.

“Apa yang cantik jika gaunnya berwarna hitam seperti ini! akan lebih cantik jika warnanya pink atau biru itu warna kesukaanku,” ucap Jeslyn kesal, dia benar-benar membenci warna hitam.

“Gaun hitam membuatmu terlihat elegan dan menggoda sayang,” goda Genta lalu memeluk Jeslyn dari belakang.

“Kau membuatku semakin mencintaimu” bisik Genta lagi.

Jeslyn tersipu mendengar ucapan Genta. “Aku memang cantik! tapi lepaskan aku, mereka melihat kita,” seru Jeslyn dengan pedenya lalu menatap malu kearah pelayan yang menunduk.

Genta kembali tertawa, ia membalik badan Jeslyn menghadapnya, lalu mencium pipi wanitanya itu dengan gemas. “Aku mencintaimu,” ucap Genta tak memperdulikan keberadaan para pelayan tersebut.

“Ayo, ikutlah denganku!” ajak Genta kemudian menggandeng tangan wanitanya.

Mereka berjalan memasuki Aula Kerajaan, di ujung sana sudah terlihat Tuan Leston dan beberapa vampir inti kerajaan. Setidaknya Jeslyn dapat lebih tenang, mereka semua tampak seperti manusia hanya saja pakaian yang terlihat sedikt hmm menakutkan.

“Hari ini aku ingin kalian semua menjadi saksi dari pertunangan putraku! calon pewaris kerajaan ini,” sorak Tuan Leston.

Genta mengeluarkan sebuah cincin dengan permata merah di tengahnya, sangat indah.

“Ini Cincin Alm. Ibuku Aku akan memakaikannya untukmu,” bisiknya lembut di telinga Jeslyn.

Jeslyn menatapnya dalam, ada perasaan ragu tapi ini demi kebaikan dirinya sendiri.

Perlahan Genta mengangkat Jemari Jeslyn, lalu menyematkan cincin tersebut pada jari manis Jeslyn.

“Kuharap semuanya baik-baik saja!” batin Tuan Leston tersenyum miris.

Seluruh pejabat bersorak bahagia. “Aku resmi menerimamu di kerajaan ini Jeslyn Adriana Kyle!”

Berbeda dengan para vampir lainnya, di barisan para pejabat vampir terlihat vampir paruh baya dengan raut wajah yang tak dapat diartikan.

“Alice mungkin akan sedih mendengar kabar ini,” batin vampir tersebut.

***

Di lain sisi kerajaan, terdengar suara gaduh dari salah satu ruangan di kerajaan Alexei.

“Sialan, berani-beraninya mereka mengundangku untuk mengikuti acara pertunangan itu! Apa mereka ingin memamerkan kebahagiaannya?” bentaknya murka, nafasnya tak beraturan karena menahan amarah yang meluap.

“Hentikan Alward, lihatlah lenganmu terluka,” ucap wanita muda yang bukan lain adalah Emili, ia berusaha menahan tangan Alward, tetesan darah mulai bercucuran dari lengan Alward yang robek di karenakan kelakuannya sendiri.

Alward terdiam, dia berusaha mengatur nafasnya yang saat ini sedang sesak, hatinya sangat hancur. Emili sebagai sahabatnya setianya menatap iba pria dihadapannya itu.

Menurut Emilie hidup pria dihadapannya ini benar-benar tragis. Mengingat Kedua orang tuanya telah meninggal saat Alward masih kecil.

Fakta yang harus kalian ketahui bahwa Orang Tua Alward adalah nyonya Isabel dan Tuan Muda Leo Sang pewaris kerajaan maupun kakak dari Yang Mulia Leston yang menjabat saat ini. Namun, sebuah tragedi menyebabkan keduanya orang tuanya meninggal, hal itu menyebabkan Leston diangkat menjadi raja menggantikan Tuan Leo.

Jika kedua orang tua Alward masih hidup maka kemungkinan besar pria dihadapannya ini adalah calon pewaris dari kerajaan ini.

“Emili Apa yang salah dariku mengapa takdirku seperti ini, kenapa kedua orang Tuaku harus meninggal, jika saja mereka masih ada tentu aku yang akan menjadi pewaris Kerajaan ini dan Jeslyn bisa mencintaiku!” ucap Alward masih terlihat kalap.

“Tenanglah , kumohon,” bujuk Emili pelan, dia tidak bisa melihat pria yang dicintainya terluka seperti ini.

Alward memejamkan matanya dadanya terlihat naik turun menahan emosi. Perlahan dia menghembuskan nafas kasar mengingat hal itu lagi.

Lihat saja Genta, aku tidak akan membiarkanmu memiliki Jeslyn!

***

Jeslyn menatap Tuan Leston yang berada di hadapannya. Leston yang terus diperhatikan oleh Jeslyn tersenyum lembut lalu menatap wanita itu.

“Makanlah, Jangan takut ini makanan yang diambil dari dunia manusia, aku sengaja memerintahkan Mandley untuk mencarikan makanan kesukaanmu, ini sebagai pengganti upacara penyambutan dan pertunangan kalian,” ucap Tuan Leston tersenyum ramah.

Jeslyn mulai menjawab. “Hmm…” dia tampak ragu untuk berbicara. Jeslyn terlebih dahulu menelan salivatnya takut ucapannya salah. “Te..terima kasih Tuan,” sambungnya setenang mungkin.

Leston tertawa keras mendengarnya. “Tuan? Panggil aku Ayah, Jeslyn! Sekarang kau tunangan Genta, berarti kau putriku.”

“Baiklah tuan, maksudku Ayah.” Perlahan Jeslyn mulai menerima keadaan, walau masih ada sedikit rasa cemas dan takut.

Genta tersenyum penuh arti, dia terlalu bahagia saat ini.

Jeslyn tidak menyangka Ayah Genta ternyata sebaik ini, dia akhirnya dapat merasakan kasih sayang seorang Ayah yang sudah lama tidak dirasakannya.

“Mandley di mana Alward? Kenapa belum datang?” tanya Tuan Leston.

“Dia tidak bisa menghadiri acara ini, dia memiliki urusan yang lebih penting tuan!” ucap Mandley.

Genta mendengus kasar. “Selalu saja seperti itu! Ayah tau dia tidak akan mengikuti acara-acara seperti ini!”  ucap Genta cukup kesal.

“Alward siapa dia?” batin Jeslyn bertanya.

***

Alice berjalan di lorong kerajaan, cukup bersyukur berkat nama Sang Ayah dia bisa menginjakkan kakinya di istana ini. Pikirannya masih terbayang akan Genta sungguh dia merindukan Genta, dia berharap hari ini keberuntungan memihak padanya dan satu lagi alasannya tentu ingin melihat tunangan Genta, Alice sungguh penasaran ingin melihat wajah wanita itu.

Langkah kakinya mulai mengecil sepertinya dirinya tersesat, Alice tidak pernah membayangkan jika istana Alexei seluas ini.

“Permisi nona, Anda siapa? Apa yang Anda lakukan di sini? ini daerah terlarang untuk orang luar,” tanya seorang wanita berhasil mengagetkan Alice, Alice bisa menebak wanita ini pasti seorang pelayan tingkat 1 melihat dari pakaian yang digunakan wanita itu.

Alice tersenyum berusaha menutupi kegugupannya. “Saya putri dari perdana Menteri, entah mengapa saya tersesat sampai di sini,” jawab Alice jujur.

“Baiklah Nona silakan ikut dengan saya, saya akan membawa Anda kembali menuju halaman istana!” Ajak pelayan itu.

Sial, rencananya gagal padahal Alice sangat ingin bertemu dengan Tuan Muda Genta.

“Permisi, sebelumnya saya ingin bertanya, Tuan Muda Genta Ada di mana? Mengapa Dia tidak pernah mengikuti Akademi kerajaan?” tanya Alice asal, berharap mendapat info dari pelayan ini.

Pelayan tersebut tersenyum kecil. “Tuan Muda terus menghabiskan waktu bersama tunangannya, saat ini mereka berada sedang berada di kamar mereka.”

Blushh

Alice terdiam, hatinya tersentak rasanya seperti terkena ribuan duri tajam, dia merutuki kebodohannya karena terlalu penasaran dan akibatnya sekarang dia terluka.

“kenapa sesakit ini?” batinnya dengan tangan kanan berada di dadanya, sesak rupanya sedang menghampiri hatinya.

“Kami pelayan Istana terus saja melihat kemesraan mereka,” kekeh pelayan tersebut tanpa memperhatikan perubahan mimik wajah dari Alice.

***

“Apa ini?”

“Ini gaun tidurmu sayang,” ucap Genta.

“Aku tahu, tapi kenapa berwarna hitam lagi? Apa kau tidak punya gaun lain?” protes Jeslyn dengan wajah yang imut.

“Apa yang salah? ini cantik.”

Jeslyn berdecak kesal. “Aku tidak suka warna hitam baju hitam menggambarkan kematian, itu sangat mengerikan.”

Genta tersenyum mendengarnya. “Pakai saja atau kau tidak mau pakai baju?” goda Genta tersenyum licik, kini berusaha menggoda wanitanya.

Jeslyn menatap dengan tatapan tak percaya. “Keluar kau, dasar pria mesum! ” teriaknya kemudian.

Genta mendengus melihat kelakuan Jeslyn yang tidak mau menurut padanya. “Pakai Jeslyn! jika tidak, tunanganmu ini akan memanggilkan vampir untuk menggigitmu.”

Benar saja ucapan Genta berhasil membuat Jeslyn takut.

“Yak, kau kenapa jahat sekali, baiklah aku pakai,” ucap jeslyn mengambil baju itu dan segera berlari ke arah ruang ganti.

Setelah selesai Jeslyn pun keluar dari ruang ganti itu, membuat Genta yang tadinya sedang melihat keluar jendela menatapnya kagum karena kecantikan Jeslyn.

“Dia bahkan sangat cantik memakai gaun tidur,” pikirnya.

Genta perlahan mendekati Jeslyn dan memeluk tubuh wanitanya itu dengan sangat erat. Tentu saja hal ini membuat Jeslyn sesak nafas.

“Hei!” ucapnya sambil memukul punggung Genta.

“Kumohon sebentar saja, aku sangat menyukai aroma tubuhmu.”

Jeslyn menghela nafas, dia lalu melepaskan diri dari pelukan Genta dan mulai berjalan ke arah tempat tidurnya.

“Aku merindukan kamarku,” gumamnya lalu merebahkan diri di atas kasur berseprei hitam. Genta tersenyum dia menghampiri Jeslyn dan memeluknya lagi sehingga Jeslyn tertidur dalam pelukan Genta.

“Apa yang…”

“Jangan banyak protes, kau tahu aku jarang bersikap baik,” potong Genta membuat Jeslyn terdiam bungkam.

“Tidurlah, Selamat malam aku mencintaimu,” bisik Genta pada Jeslyn yang kini mulai terlelap.

Chapter Lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *