Hari Patah Hati- Falling in The Darkness (Chapter 11)

By | February 28, 2021
Spread the love

Matahari telah menampakkan dirinya, dengan langkah pelan seorang wanita cantik keluar dari kamar ganti, rambut panjangnya terurai basah.

Wanita itu berjalan mendekati seorang pria yang tengah menatapnya terlihat begitu terpesona. “Genta sampai kapan aku tinggal disini? seminggu? 2 minggu? atau 3 minggu? Arlen akan panik mencariku, sudah mau ujian sekolah bagaimana jika aku tidak lulus karena terlalu banyak bolos?” Wanita itu mulai membuka pembicaraan dengan pertanyaan bertubi-tubi yang keluar dari mulutnya.

Ucapan yang Membuat Genta menatapnya intens.

Hufff

Kembali Genta menghela nafas. Sejak bangun tidur sampai saat ini Jeslyn terus saja merengek dan memohon.

“Kau akan tinggal di sini selama-lamanya!” Seru Genta tegas.

“Jangan bercanda,” rengek Jeslyn kembali.

“Tapi aku tidak sedang bercanda, sekarang kau tunanganku berarti kau akan segera menjadi istriku. Calon istri harus ikut kemanapun suaminya pergi.”

Kalimat Genta berhasil membuat Jeslyn shock matanya mulai berkaca-kaca menahan tangis, Jeslyn masih bimbang dengan keadaannya saat ini, dia terus berharap ini semua hanya mimpi.

“A…aku menyetujui bertunangan denganmu, tapi bukan berarti aku ingin menikah denganmu!”

“Jadi kau tidak ingin menjadi istriku?” tanya Genta raut wajahnya berubah sedih.

“Aku mau…tapii.” Jeslyn segera menutup mulutnya meruntuki dirinya yang asal bicara kini pipinya merona menahan malu.

Genta yang mendengarnya tentu mengulas senyum di bibirnya. “Lihatlah, mulutmu tidak bisa membohongiku Jeslyn.”

“Aku salah ucap,” kata Jeslyn lirih.

Tok.. Tok.. Tok..

Sebuah ketukan berhasil mengganggu acara berbincang mereka, dengan cepat Genta berjalan membuka pintu.

“Hay Juno, apa sekarang kau sudah lebih baik?” tanya Genta, ia tau pria dihadapannya ini sempat terluka ketika menolongnya beberapa waktu yang lalu.

“Iya Tuan!”

“Syukurlah kalau begitu, jadi ada apa?” tanya Genta kembali, menanyakan tujuan Juno datang kemari.

“Maaf mengganggu pagi anda, tapi Tuan Leston memanggil anda Tuan.”

“Baiklah tunggu sebentar, aku akan segera ke sana,” ucapnya, kemudian Genta kembali menutup pintu.

Genta berjalan mendekati Jeslyn yang masih kesal. Sebelum pergi ia menyempatkan diri mencium kening wanitanya.

“Aku akan pergi hanya sebentar, jangan keluar, kau paham?” Tanya Genta memperingati Jeslyn.

Dijawab anggukan oleh wanita cantik itu.

***

“Dia menghabiskan waktu di kamar bersama tunangannya!”

“Kami pelayan Istana terus saja melihat kemesraan mereka.”

Ucapan pelayan itu terus saja mengganggu pikiran Alice, dia sungguh membenci tunangan Genta.

“Hiks… kenapa kau lebih memilih dia dari pada aku Genta!” teriaknya mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Prang

Alice melempar Gelas berisikan darah kesembarang tempat. Suara gaduh itu berhasil mengalihkan pekerjaan ibunya.

“Alice, ada apa? kenapa kau seperti ini?” tanya Ibu Alice prihatin melihat putrinya bersikap kasar.

“Aku tidak bisa melihat Genta hidup dengan wanita lain, Bu, i..itu menyiksaku!” bentak Alice tak karuan.

“Hiks.. aku mencintainya, ibu tau itu!”

Wanita tua itu memeluk putrinya erat, tentu sedih melihat anaknya terpukul seperti ini.

“Berhenti memikirkannya, kau akan semakin terluka sayang!” bujuk sang Ibu.

Alice menggeleng cepat. “Genta hidupku! Dia hanya boleh bahagia jika bersamaku!” teriak Alice kencang, berharap beban di hatinya sedikit berkurang.

***

“Hmm..  ini menyebalkan dan aku sungguh tidak suka, dia bilang hanya sebentar namun kenapa selama ini?” teriak Jeslyn kesal.

Ok baiklah dia akui, dia merindukan Genta padahal 1 jam lalu mereka bertemu.

Entah mengapa dia merasa takut jika tak ada Genta di sampingnya. Siapasih yang tidak takut jika harus tinggal di kerajaan vampir seperti ini jangan lupa Jeslyn hanya seorang manusia biasa.

Bosan, Jeslyn sangat bosan. Jeslyn sesekali melirik pintu kamarnya terlintas ide jail di otaknya.

“Apa aku keluar saja?”

“Tapi itu sangat berbahaya!”

Jeslyn lalu menatap cincin yang ada di jari manisnya. “Aku merindukanmu bodoh.”

“Baiklah aku akan mencari Genta.”

“Bagaimana jika aku bertemu vampir di luar?”

“Apa aku harus pura-pura menjadi vampir?”

“Itu menakutkan!”

“Tapi aku benar-benar merindukan pria itu,” batinnya terus berpikir.

“Sekali saja, hanya ingin mencari Genta dan melihat-lihat istana ini, jika bertemu vampir lain aku bisa akting menjadi vampir juga.” Akhirnya Jeslyn mengambil keputusan.

Jeslyn berjalan mengendap-ngendap keluar.

Cleak

Jeslyn perlahan membuka pintu kamarnya.

“Ada apa Nona? apa Nona membutuhkan sesuatu?” tanya pelayan wanita yang berjaga di depan kamarnya.

“Aku ingin berjalan-jalan, apa kau bisa menemaniku?”

Pelayan tersebut nampak berpikir, “Tapi Tuan Muda Genta melarang…”

“Sekali ini saja, aku akan bertanggung jawab jika dia memarahimu,” bujuk Jeslyn memotong ucapan pelayan tersebut.

Setelah berpikir beberapa saat pelayan muda itu akhirnya mengangguk mengiyakan, toh ini perintah majikannya.

“Yesss, terima kasih.” girang Jeslyn menarik tangan pelayan tersebut.

merasa suasana yang semakin canggung, Jeslyn akhirnya membuka suara. “Siapa Namamu?” tanya Jeslyn menatap pelayan tersebut.

“Nama Saya Hana, Nona,” jawab pelayan itu tanpa menoleh sedikitpun, ia masih asyik menunduk menatap lantai.

Jeslyn mengangguk, “Sekarang kau sahabatku di kerajaan ini!”

Ucapan yang berhasil membuat pelayan itu menoleh menatap Jeslyn seakan tak percaya dengan ucapan wanita cantik dihadapannya itu. “Tapi Nona, saya hanya pelayan biasa,” ungkap Hana menggeleng, ia sadar diri akan statusnya yang hanya sebagai pelayan rendahan.

“Tidak, kau sahabatku sekarang, jangan menolak atau aku akan melapor pada Genta bahwa kau tak mau menuruti ucapanku,” tegas Jeslyn tak mau kalah. Hana akhirnya mengangguk setelah diancam oleh jeslyn.

Mereka berdua tersenyum bahagia.

“Jeslyn.” Sebuah suara menghentikan langkah kedua wanita itu.

Jeslyn membalikkan tubuhnya saat mendengar namanya disebut. Matanya memicing menatap seseorang yang berdiri tak jauh darinya.

Deg

Ok baiklah baru beberapa detik dia keluar akhirnya dia menyesali keputusannya untuk meninggalkan kamar.

“Kau benar-benar sudah tiba rupanya. Aku merindukanmu! Apa Kau masih ingat padaku?” tanya pria itu sok akrab padanya.

“Dia baru saja menyebut namaku, apa dia mengenaliku?” bisiknya pada Hana begitu pelan.

“Dia…” ucapan Hana menggantung, melihat pria itu mendekat.

Pria itu melangkahkan kakinya mendekati Jeslyn yang masih setia berdiri di tempatnya. “Aku akan pura-pura jadi vampir saja!” bisiknya kembali pada Hana.

“Ka..kau ini siapa?” tanyanya memberanikan diri bertanya kembali.

Pria itu menghela nafas, lalu tersenyum dan menatap Jeslyn lembut. Alward perlahan memegang tangan Jeslyn lalu mengecup singkat punggung tangannya.

“Aku Alward,” jawabnya.

Jeslyn menggigit bibirnya, dia merasa sedikit risih dengan perlakuan vampir dihadapannya.

“Alward? bukankah nama itu yang disebut oleh Ayah Genta semalam! berarti dia baik karena merupakan salah satu keluarga kerajaan,” itulah yang disimpulan pikiran Jeslyn.

“Apa yang kau lakukan disini, berbahaya jika ada vampir lain yang melihatmu?” tanya Alward berusaha memecahkan keheningan yang terjadi.

“Apa dia tau aku manusia? tentu diakan anggota kerajaan,” Jeslyn terus berfikir positif.

“A..aku.. mencari tunanganku Genta,” jawab Jeslyn singkat, berusaha menutupi rasa takutnya.

Tidak perlu bertanya lagi, Alward yang mendengarnya tentu kecewa. “Lagi-lagi Genta,” pikirnya muak.

“Benarkah? Baiklah Aku akan menemanimu mencari Genta, aku tau di mana keberadaannya saat ini,” tawar Alward lalu memegang tangan Jeslyn.

Jeslyn menepis lembut tangan Alward. “Tidak usah, ada Hana yang menemaniku!” ucap Jeslyn menolak dengan bahasa yang cukup ramah.

Alward menatap Hana malas. “Kau boleh pergi, aku akan menemani Jeslyn,” suruh Alward.

“Tidak usah..”

“Sayang Apa yang kau lakukan di luar sini?” sebuah suara, berhasil mengagetkan mereka bertiga.

“Genta?”

Genta lalu menarik tangan Jeslyn sehingga Jeslyn tertarik kedalam pelukannya. Genta kini menatap Alward, ekspresinya benar-benar tidak terbaca.

Jeslyn bingung menatap mereka berdua bergantian. Mereka saling menatap seakan penuh dendam, ada apa sebenarnya ini? batinnya.

“Terima kasih karena sudah berniat baik menemaninya untuk mencariku,” ucap Genta berlalu pergi membawa Jeslyn di dekapannya. Diikuti Hana mengekor dibelakang mereka berdua.

Alward menatap kepergian meraka, tangannya terkepal senyum meremehkan menghiasi wajahnya.

Cihhh

Chapter Lainnya

One thought on “Hari Patah Hati- Falling in The Darkness (Chapter 11)

  1. Pingback: Masa Lalu Jeslyn- Falling in The Darkness (Chapter 12) - Novel Fanelaa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *