Tidak pernah berubah, rasaku masih sama seperti dahulu, aku masih tetap mencintaimu.
-Alward
Genta membawa pergi Jeslyn dari tempat itu, bukan membawa lebih terlihat menyeret.
Jeslyn tak henti meringis. “Sakit, kumohon lepaskan Genta! Kau menyakitiku!” ucap Jeslyn sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Genta di pergelangan tangannya. Tanpa sadar Genta membuat lengan Jeslyn memar.
Pastikan telah membaca chapter 11
Langkah kaki Genta terhenti tepat di depan kamar mereka, dia berbalik lalu menatap tajam kearah Hana, tangannya masih menggenggam lengan Jeslyn erat.
“Aku menyuruhmu menjaga Jeslyn, bukan membiarkannya berkeliaran seperti ini!” marah Genta pada pelayan tersebut.
Hana yang dimarahi hanya bisa menunduk pasrah meruntuki kecerobohannya, Hana menyesali semuanya.
Rupanya Jeslyn tak terima pelayannya tersebut mendapat bentakan dari Genta. “Jangan salahkan dia, aku yang memaksanya menemaniku!” sanggah Jeslyn mencoba membela Hana, semua ini memang kesalahannya.
Genta diam matanya beralih menatap Jeslyn, ia kembali menarik Jeslyn masuk ke dalam kamar mengabaikan keluhan Jeslyn yang terus meringis.
Barulah Genta melepaskan genggamannya pada tangan Jeslyn setelah menutup kamar dengan rapat.
“Apa yang kau lakukan? Tega sekali, kau menyakitiku Genta,” sindir Jeslyn pada Genta.
“Apa yang kau lakukan di luar sana Hah? Bagaimana jika ada yang mengenalimu jika kau ini manusia? Apa kau bodoh?” Bentak Genta ia menatap tajam kearah Jeslyn.
“Aku mencarimu! toh apa yang kau pikirkan tak terjadi, aku malahan bertemu vampir baik, Alward dia sepupumu kan?”
Genta membuang nafas kasar mendengarnya, terlihat jelas dia tidak suka mendengar pertanyaan Jeslyn itu.
“Jangan dekat dengan pria lain selain aku,” ucap Genta marah.
Jeslyn heran, ia mengingat ekspresi yang dikeluarkan Alward saat melihat Genta. “Alward sepupumu, apa yang salah jika..”
Genta langsung menarik Jeslyn kedalam pelukannya, kemudian memeluknya erat membuat Jeslyn heran akan sikap pria itu.
“Aku cemburu, jika kau dekat dengan pria lain, hatiku sakit,” bisik Genta.
Jeslyn tertegun. “Dia sepupumu! Jadi kau tak usah cemburu!”
Genta terdiam sejenak, melepaskan pelukannya. “Kau salah Jeslyn, sama sepertiku, diapun sangat mencintaimu juga.”
Alis Jeslyn tertaut, ia tidak paham akan ucapan yang dilontarkannya.
“Ini karenamu, kau mungkin tidak akan mengingatnya.”
“Karenaku? Apa kau sedang bercanda?” heran Jeslyn.
“Baiklah ini mungkin saat yang tepat untuk menceritakannya padamu Jes,” jelas Genta.
Jeslyn dibuat semakin heran dengan ucapan Genta.
“Ini bukan pertama kalinya kau menginjakkan kaki di dunia vampir Jeslyn.”
Flashback 7 Tahun yang lalu
Saat itu Ayah membawa seorang Gadis kecil yang tengah terluka parah, usia gadis itu sekitar 10 tahun. Aroma darah segar tercium memenuhi ruangan Leston.
“Siapa dia tuan?”
“Panggilkan tabib secepatnya, aku menemukannya terluka parah di hutan!”
“Hutan? tapi darahnya, bukankah dia manusia! Ini berbahaya untuk keselamatannya.”
Tuan Leston mengangguk membenarkan.
Beberapa menit kemudian seorang tabib datang menghampiri gadis kecil tersebut, ia lalu segera memeriksa sang gadis.
“Maaf Tuan, Gadis manusia ini sedang sekarat, dia memerlukan banyak darah!” ucap Tabib tersebut.
“Tapi, kita tak memiliki darah Manusia di sini!”
“Kembalikan dia ke dunia manusia Tuan, di sana dia akan dirawat oleh tenaga medis!” tawar Mandley pada Tuan Leston dan tabib tersebut.
Tabib menggeleng cepat, “Dia sedang sekarat, membawanya kembali bukan ide yang bagus, dia mungkin tak akan selamat.” Tabib itu kembali menjelaskan kondisi gadis kecil itu.
Genta yang sedari tadi memperhatikan gadis itu, perlahan mendekati Ayahnya.
“Ayah bagaimana jika kau mengambil darahku! beri dia darahku,” sodor Genta yang saat itu masih berusia sekitar 13 tahun.
Ucapan Genta membuat seluruh vampir di sana terkejut, bagaimana bisa anak kecil sepertinya memiliki sifat bijaksana.
“Tidak!” tolak Leston cepat.
“Tapi lihatlah, dia kesakitan Ayah! tolong selamatkan dia ayah.” Tunjuk Genta pada gadis kecil itu.
Leston melirik gadis kecil itu, benar saja wajahnya semakin pucat. Leston semakin dibuat tidak tega, tidak ada pilihan lain dia harus segera mengambil keputusan yang tepat.
“Baiklah,” putusnya kemudian.
“Tapi Tuan darah Tuan muda Genta memang belum murni menjadi vampir sempurna, tapi mendonorkan darahnya untuk gadis manusia ini akan membuat mereka saling terikat!” Jelas Tabib tersebut.
“Aku akan tetap menolongnya! itu lebih penting dari segalanya,” ucap Genta kecil.
Leston Pasrah, di lain sisi dia amat kasihan dengan gadis kecil ini namun di sisi lain dia juga takut jika benar suatu saat nanti Genta akan terikat dengan seorang wanita yang notabenenya adalah manusia, itu tentu tidak baik untuk masa depan Genta sebagai penerus kerajaan ini.
“Kita lakukan ritualnya!” ucap Tuan Leston setelah memikir beberapa menit.
Rupanya ritual itu berhasil, membuat gadis kecil itu membaik dengan cepat, ritual itu bahkan membuat darah gadis itu beraroma seperti vampir pada umumnya.
Hari demi hari berlalu dengan cepat.
“Namamu siapa?” tanya Genta pada Gadis kecil itu.
“Jeslyn Adrian Kyle!” ucap gadis itu tersenyum lembut.
Senyuman yang membuat Genta jatuh cinta dalam hitungan detik.
Genta semakin dekat dengan Jeslyn kecil, mereka sering menghabiskan waktu bersama-sama hingga karena suatu alasan Jeslyn harus meninggalkan Genta dan kembali ke dunia manusia.
Genta begitu terpukul akan kehilangan Jeslyn, namun tanpa Genta sadari bukan hanya dirinya, sepupunya Alward juga ternyata diam-diam menaruh hati pada Jeslyn kecil. Genta mengetahui hal itu karena ia tak sengaja melihat Alward menangisi kepergian Jeslyn.
Flashback End
Jeslyn benar-benar tidak percaya akan cerita Genta, itu terdengar lebih seperti dongeng.
“kau be..bercanda?” tanya Jeslyn tawanya akan meledak.
“Aku serius Jeslyn, sungguh.”
Jeslyn menatap kedalam mata Genta berusaha mencari kebohongan di sana namun nihil dia tidak menemukannya.
“Bekas luka di bahu, dan di kepala bagian belakangmu, bukti ucapanku benar Jeslyn!”
Jeslyn terperangah, memang benar ada bekas luka pada bahu dan di belakang kepalanya, dia bahkan tak tau kapan ia mendapatkan luka itu.
Wanita cantik itu tau orang tuanya meninggal saat ia baru berusianya 10 Tahun, dan Pengacara kepercayaan ayahnya mengatakan dia ditemukan setelah 1 bulan dari peristiwa kecelakaan itu, tanpa luka sedikitpun, tentu membuat banyak orang bertanya-tanya.
Sungguh Jeslyn tidak mengingat apapun, ingatannya terasa hilang antara percaya dan tidak percaya akan ucapan Genta.
“Entah kau percaya atau tidak,” lirih Genta, tanpa disadari air matanya mengalir.
Jeslyn sadar terlihat sekali kalau Genta tidak main-main akan ucapannya, ia tau ucapan Genta benar-benar jujur.
“Kalaupun itu benar terima kasih telah menyelamatkanku,” ucap Jeslyn tersenyum mengecup pipi lalu memeluk Genta.
Genta tak kuasa menahan senyumnya mendapati perlakuan manis wanitanya saat ini.
***
Jeslyn termenung terus memikirkan ucapan Genta berusaha mengingat, namun nihil Jelsyn merasa heran karena potongan ingatannya tentang kecelakaan itu juga hilang. Apa ini artinya ucapan Genta betul?
“Jeslyn!”
Jeslyn yang merasa terpanggil berbalik, namun
Chup,
Jeslyn tak sengaja mengecup bibir Genta.
“Ge…Genta, apa yang kau lakukan!” shock Jeslyn sambil memukul dada bidang Genta.
“Haha.. bukannya kau yang menciumku barusan,” elak Genta berusaha menggoda wanita itu.
“Ikh, wajahmu yang terlalu dekat padaku! itu First Kissku Genta, kenapa kau mengambilnya, kembalikan,” kesal Jeslyn.
“Tentu Aku harus mengambilnya sebelum orang lain mendahuluiku, kau minta di kembalikan? sini,” goda Genta kembali.
“Hentikan Genta!” Jeslyn nampak sedih ciuman pertamanya seharusnya dilakukan dengan romantis dan di tempat yang romantis pula, bukan seperti ini. “Yak, Apa kau tau! Selama ini Aku menjaganya, tapi kenapa kau dengan mudahnya menodai bibirku!”
Genta lalu memeluk Jeslyn cepat, tangannya juga membelai rambut wanitanya lembut. “Baiklah, Maafkan aku sayang, aku akan lebih romantis lain kali, siapa suruh kau mengabaikanku” ucap Genta kembali menggoda Jeslyn.
“Yak..Hentikan”
“Aku tau kau menyukainya bukan?”
“Tidak.”
“Jangan berbohong Nyonya Genta”
“Tapi aku tidak sedang berbohong Tuan Genta!” elak Jeslyn lagi dan lagi.
“Matamu mengatakan, jika kau menyukai kecupanku,” ujar Genta dengan nada polos.
Chup
Sekarang ciuman Genta beralih ke pipi Gadis tersebut, membut rona merah di sudut pipi sang Gadis.
“Genta kau sangat menyebalkan, sini kau aku akan memukulmu sekeras mungkin,” teriak Jeslyn, mulai berdiri menghampiri Genta yang menjau dengan berlari kecil.
“Tangkap aku, kalau kau bisa Jeslyn!”
“Awas saja kau, tak akan kuampuni jika kau tertangkap,” ancam Jeslyn, ia berlari berusaha menangkap Genta. Saat ini mereka seperti anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran, sangat menggemaskan.