“Hoamm….” tubuh Jeslyn perlahan bergerak, dan kedua matanya sedikit demi sedikit terbuka. Dahinya mengernyit mendapati pergelangan tangan yang melingkar di perutnya. Ia berbalik, dan menemukan sang pelaku menatapnya penuh senyuman.
“Ahhhhh.. Apa yang kau lakukan Genta?” Jeslyn segera bangun, menatap tajam ke arah Genta.
Pastikan Telah Membaca Chapter Sebelumnya : Genta terluka Parah – Falling in The Darkness (Chapter 14)
“Semalam lukaku terasa sangat sakit, jadi aku berinisiatif untuk beristirahat di sampingmu,” ucap Genta, itu hanya akal-akalannya agar Jeslyn tidak memarahinya.
Jeslyn kini mengerutkan dahinya, lalu mendecit pelan. “Kau mencari kesempatan dalam kesempitan, berhenti mengambil kesempatan melalui lukamu itu, ku dengar ketika vampir terkena luka, lukanya akan sembuh dengan cepat, apa kau ingin menipuku?”
“Ohhh..iya aku juga mencintaimu Sayang!” ujar Genta, mengabaikan ucapan Jeslyn sebelumnya, lalu memeluk wanitanya kembali.
“Kau membuatku sesak! Lepaskan Genta.”
“Akan kulepaskan jika kau menciumku! bagaimana? setuju?” tawar Genta.
“Tidak mau,” tolak Jeslyn mentah-mentah.
“Baiklah, maka aku tidak akan melepaskanmu.”
“Ok..Ok…!”
Genta tersenyum penuh kemenangan. Jeslyn menghela nafas, wanita itu perlahan mendekatkan wajahnya. Genta tersenyum jahil mendapati reaksi lucu wanitanya.
Chup
Mata Jeslyn membulat dan mengerjap berkali-kali mendapati perilaku Genta yang mengulum bibirnya, Astaga pria di hadapannya ini sangat menjengkelkan.
“Gentaa apa yang kau lakukan,” desis Jeslyn, mendorong keras tubuh Genta.
“Apa lagi kalau bukan menciummu.”
“Dasar kau pria mesum! pergi kau,” dorong Jeslyn, membuat jarak pada mereka.
Genta cemberut. “Apa aku salah mencium calon pengantinku”
***
Alice menatap kosong cermin di depannya, “Apa yang kurang dariku? Apa yang salah dariku? Mengapa tuan muda tak melihat ke arahku sedikit pun! Hiks. “Alice menangis sejadi-jadinya mengeluarkan beban di hatinya.
Tok..Tok..
Alice segera menyeka air matanya, tidak ingin terlihat menyedihkan di depan kedua orang tuanya. Setelah semuanya beres ia segera membuka pintu.
“Ada apa?”
“Ayah memiliki kabar gembira untukmu,” sorak Larry dengan senyum bahagianya.
Namun Alice menatap tak suka ayahnya.
“Apa itu?” Tanyanya dengan nada tak niat.
“Yang Mulia Leston menjodohkanmu dengan Tuan Muda Alward, kau kenal dia bukan? Dia tak kalah tampan dari putra mahkota,” ucap Lerry Girang, berharap putrinya mulai membuka hati.
Alice memutar bola matanya kesal. “Sayangnya aku tak tertarik sedikit pun padanya! Alward? aku memang mengenalnya, Ayah harus tau dia tak ada apa-apanya dibanding Tuan Muda Gentaku!”
Lerry menghela napasnya sebentar, berusaha mengontrol emosinya yang mulai memuncak. “Hentikan Keras Kepalamu Alice, apa kau tak ingin menikah? Hah? Berhenti mengharapkan Tuan Muda Genta, dia sudah bahagia dengan calon istrinya.”
“Kau bahkan tak boleh mengharapkannya lagi!” Lanjut Larry kembali.
Ucapan sang ayah membuat Alice tersenyum licik. “Bahagia? Tidak akan? tak ada yang boleh bahagia di atas penderitaanku Ayah,” gumamnya, lalu menutup kembali pintu kamarnya dengan keras.
Lerry mengacak rambutnya frustrasi sendiri dengan sikap putrinya yang sangat keras kepala.
***
Genta memasuki kamarnya, peluh menghampirinya setelah berburu semalaman. Namun Penatnya seketika hilang berganti senyum yang merekah terukir di wajah tampannya takkala melihat wanitanya saat ini tengah berdiri di depan jendela kamar mereka dan tampak melamun, matanya seolah menerawang jauh.
Genta Menghampirinya langsung mengelus surainya lembut hingga membuat Jeslyn sedikit kaget dan langsung menoleh dengan waspada.
“Apa yang sedang dilamunkan wanita cantikku ini?” tanya Genta begitu Jeslyn menatapnya.
Jeslyn berdehem, kemudian menggeleng kecil. “Aku merindukan duniaku!” jawabnya ragu, ia kembali menatap keluar.
“Aku tahu perasaanmu, tapi tidakkah kau berpikir aku membawamu kesini demi keselamatanmu sayang, aku sangat takut mereka menyakitimu!” ucap Genta meyakinkan.
“Aku tahu itu, terima kasih karena selalu mengkhawatirkanku.”
Genta tersenyum mengangguk.
“Di sana itu apa?” Jeslyn balik bertanya, ia menunjuk sebuah tempat yang terlihat begitu terang benderang menarik perhatian Jeslyn.
“Kota Alexei, rakyat Alexei tinggal di sana,” jawabnya singkat.
“Bolehkah aku ke sana?” Tanya Jeslyn.
Setelah cukup lama berpikir, Jeslyn putuskan untuk berjalan-jalan ke kota itu menghilangkan rasa bosannya.
Ucapan Jeslyn memudarkan senyum Genta, pria itu langsung menggeleng. “Tidak boleh, kau tak boleh ke sana Sayang,” ujarnya singkat.
Seketika Jeslyn merengek. “Yahhh tapi kenapa?” tanya Jeslyn dengan raut wajah dibuat imut.
“Di sana terlalu berbahaya untukmu,” jawab Genta dengan wajah terlihat menolak.
Genta sangat sadar, di kota Alexei banyak vampir yang salah satunya mungkin saja musuh dari Genta dan itu tidak baik untuk Jeslyn.
“Kau ada di sampingku jadi kenapa harus takut,” bujuk Jeslyn.
Genta kembali menggeleng. “Bukan begitu sayang, situasinya berbeda, di sana…”
Jeslyn menyeka sebelum Genta menyelesaikan ucapannya. “Tidak ada penolakan! Aku tak suka penolakan!”
Genta menatapnya tajam, namun tatapannya teralihkan mendapati Jeslyn mengeluarkan wajah berharap dibarengi mata berkedip-kedip penuh memelas.
Genta akhirnya menghela nafas berat, dia luluh. “Baik, kita akan kesana.” dia tak bisa menolak permintaan wanita tercintanya itu.
“Terima kasih, Aku mencintaimu!” ujarnya senang, lalu mengecup singkat pipi pria itu.
“Aku lebih mencintaimu!”
Jeslyn kembali membuka suara. “Kau ingat wanita tadi?”
Genta mengangguk tanpa niat membuka suara.
“Dia terus menatapmu dengan tatapan berbeda, dia terlihat begitu mengagumimu,” tebak Jeslyn.
“Terus kenapa? semua wanita di Kerajaan ini tentu mengagumiku, sama seperti ketika aku berada di dunia manusia seantero sekolah menyukaiku.”
“Iya Tuan Muda, kau benar-benar tampan, cih,” ejek Jeslyn pergi, ia menaiki kasurnya dan berbaring di sana, matanya sudah sangat berat.
Tidak butuh waktu lama Jeslyn sudah terlelap memasuki alam mimpinya.
Genta yang terus memperhatikannya sedari tadi tersenyum geli melihat tingkah wanitanya yang menggemaskan. “Dasar tukang tidur!” ucapnya kemudian mengecup lembut bibir Jeslyn.
***
“Morning Sayang.”
Jeslyn mengerjapkan matanya berkali-kali membiarkan matanya terbiasa dengan cahaya matahari.
Genta tersenyum menatap kagum wanitanya yang selalu terlihat cantik, bahkan saat bangun tidur. “Lihat ini, aku membawakan makanan kesukaanmu,” ucapnya kemudian.
“Wahhh,” gumam Jeslyn takjub.
Jeslyn terperangah saat melihatnya. Di meja, sudah tersaji berbagai makanan yang ia inginkan sejak lama, dia benar-benar takjub.
Jeslyn kembali tersenyum lebar. “Apa kau kedunia manusia untuk mencarikanku makanan ini?”
Genta mengangguk, lalu mengelus kepala Jeslyn lembut. “Tentu sayang, aku akan melakukan apapun asal kau senang, semalam kau berkata sangat merindukan duniamu bukan? jadi aku sengaja membawakan makanan ini padamu. Semoga saja dapat mengurangi rasa rindumu.”
Jeslyn tersipu malu mendengarnya. Tanpa berlama-lama lagi dia langsung meraih sendok dan bersiap mencicipi semua makanan itu.
Dap
“Ya, apa yang kau lakukan! aku lapar Genta! berikan sendoknya padaku,” teriak Jeslyn karena Genta mengambil kembali sendok di tangan Jeslyn.
“Tunggu dulu! Mana morning kiss ku?” tanya Genta tersenyum jahil.
“Apa?? Jangan bercanda berikan sendokku!” teriak Jeslyn lebih keras dari sebelumnya.
“Berikan morning kiss ku terlebih dahulu, sebagai tanda terima kasihmu padaku,” pinta Genta menyodorkan bibirnya.
“Tidak mauuuuu, cepat Genta berikan sendoknya padaku,” tolak Jeslyn.
“Cium aku atau makanan ini kubuang?” tawar Genta tersenyum.
“Yah, kau jahat sekali.”
“Kehitung sampai 3, jika kau tetap keras kepala kupastikan hari ini kau diet!”
1
2
Tanpa pikir panjang Jeslyn langsung mengecup singkat bibir Genta.
Chup
Benar saja pipinya merona, Hmm dia masih cukup malu melakukannya.
Sedangkan Genta? jangan ditanya lagi saat ini dia tengah tersenyum penuh kemenangan, karena akhirnya wanitanya berani menciumnya walau dengan sedikit paksaan.
“Dan Jangan lupa, setelah ini bersiaplah kita akan segera berjalan-jalan, aku akan memenuhi janjiku padamu!”
“Ke kota Alexei? benarkah?” Genta mengangguk mengiyakan.
***
Kota Alexei
Saat ini Alward Sedang berdiri di depan rumah minimalis berwarna coklat muda, ia nampaknya sedang memikirkan sesuatu, setelah berpikiri beberapa menit ia akhirnya berjalan memasuki rumah tersebut.
Tok..tok..tok
Tak lama kemudian pintu rumah terbuka menampilkan seorang pria tua, yah dialah Perdana Menteri Kerajaan yaitu Lerry.
“Si…silahkan masuk Tuan Muda!” ajak Lerry masih terkejut mendapati Alward tengah bertamu ke kediamannya.
Alward melangkahkan kakinya masuk menuruti ajakan Lerry, wajahnya terlihat tanpa ekspresi. “Aku ingin Bertemu Nona Alice!” ucapnya kemudian.
Lerry tersenyum, lalu beranjak. “Aku akan segera memanggilkan Alice! Tuan Tunggulah sebentar,” pinta Pria tua itu segera masuk.
Cleak
Lerry menghampiri putrinya yang sibuk melamun. “Bersiaplah, Tuan Muda Alward datang untuk menemuimu!”
Ucapan yang berhasil membuat Alice menatapnya kesal. “Aku tak akan menemuinya, jadi tidak usah memaksaku Ayah!”
“Jangan Gila, dia keluarga kerajaan menolaknya sama saja kau bunuh diri Alice, apa kau ingin menghancurkan keluarga kita?” bentak Ayahnya namun masih dengan suara yang rendah takut terdengar oleh Alward .
Alice berpikir sejenak, ia tahu betul maksud Ayahnya, menolak titah keluarga kerajaan sama saja menolak titah raja itu sendiri dan hukumannya adalah di penjara, Alice tentu tidak mau itu terjadi.
Untuk sementara Alice mengedepankan rasa tanggung jawabnya pada keluarganya, itu lebih baik dari pada mementingkan egonya sendiri. “Baik aku akan segera menemuinya.”
Kalimat yang membuat Ayahnya tersenyum senang.
Beberapa menit Kemudian.
Alice menghampiri Alward. “Jadi untuk apa kau menemuiku?” tanyanya to the point.
“Aku tidak akan menemuimu jika ini bukan perintah raja, dasar wanita bodoh!” batin Alward semakin jengkel.
Huftt
“Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan!” yah ini lebih baik dari pada terus berada di tempat ini.
***
Jeslyn terlihat sangat bahagia saat ini, rasa bosannya seketika menghilang mendapati Kota Alexei yang sangat indah. Kehidupan kotanya tidak jauh berbeda dengan kehidupan yang ada di dunia Manusia perbedaannya hanya ada pada bentuk bangunan yang terkesan minimalis namun elegan. Para vampir pun terlihat seperti manusia biasa, tak ada menyeramkannya sedikit pun dan jangan lupa suasana yang begitu menyejukkan.
“Wahhh menyenangkan sekali,” soraknya bahagia.
Di belakangnya, tampak Genta terus mengekori dan mengawasi wanita itu dengan saksama. Genta sengaja memakai baju seperti rakyat biasa pada umumnya, bertujuan agar tidak ada yang mengenal mereka berdua.
“Wahh, Indah sekali” ucap Jeslyn kembali takjub.
“Apa kau bahagia?” tanya Genta.
“Sangat bahagiaa, terima kasih,” soraknya lalu mengecup singkat pipi sang pria.
Entah mengapa Jeslyn tak tanggung-tanggung mencium prianya walau di tempat ramai seperti ini. Jeslyn langsung tersipu malu, ada sesuatu yang membuat seluruh tubuhnya tergerak untuk mencium pria itu. Entah mengapa Jeslyn akui Genta bagaikan candu untuknya! Apa itu karena dia sudah jatuh hati pada vampir tampan ini? mungkin seperti itu, karena Jeslyn pun tak tau pasti!
Genta menatap tak percaya Jeslyn yang tersenyum malu.
Tanpa mereka sadari dua pasang mata menatapnya dengan tatapan kesal, marah, dan murka. Entah tatapan mereka tak terbaca.
“Sialan!” gumam Alice menatap tak percaya pemandangan di hadapannya, ia meruntuki kebodohannya dengan menerima tawaran jalan-jalan Alward.
Alward yang juga dilanda amarah mengalihkan pandangannya setelah mendengar umpatan wanita di sampingnya. Faktanya Alward tak sendiri mengalami patah hati, wanita di sampingnya ternyata juga sama.
“Kau rupanya mencintai Genta.” Alward membuka suara setelah lama terdiam.
“Dan aku tak sendiri, kau juga rupanya mencintai wanita itu!” Tebakan Alice rupanya tepat sasaran.
***
Jeslyn berjalan tanpa menyadari Genta sudah tak berada dibelakangnya.
“Di sini sangat menyenangkan! Aku sangat suka.”
“Apa aku boleh kemari lagi?” tanya Jeslyn.
Hening, tak ada jawaban dari sang pria, kening Jeslyn mengernyit dia segera berbalik. Namun alangkah terkejutnya dia tak menemukan keberadaan Genta dibelakangnya.
Deg,
Jantungnya berpacu begitu cepat. “A..Apa Genta meninggalkanku?”
Jeslyn segera berlari mencari keberadaan prianya, tapi nihil Kota Alexei begitu luas, matanya mulai berkaca-kaca menahan tangis takut para vampir yang berlalu lalang di depannya ini menyadari bahwa dirinya ini manusia. Tidak, Jeslyn tidak ingin mati muda.
Jeslyn segera menggelang cepat, berusaha menghilangkan semua fikiran negatifnya, dia harus segera mencari keberadaan Genta.
#
Chapter Lainnya
- (Chapter 11) – You Are Mine
- (Chapter 10) – You Are Mine
- (Chapter 9) – You Are Mine
- (Chapter 8) – You Are Mine
Pingback: Jeslyn Hilang! – Falling in The Darkness (Chapter 16) - Novel Fanelaa