Alward berjalan memasuki gerbang kerajaan Philp, rencananya berhasil setidaknya tidak ada yang mencurigainya Selain Genta dan untung saja Tuan Leston membelanya. Senyuman menghiasi wajahnya, hatinya berdegub kencang mengingat sebentar lagi Jeslyn akan menjadi miliknya. Namun langkahnya terhenti tepat di halaman kerjaan Philp, dua pengawal kerajaan sedang menahannya.
“Apa yang kalian lakukan hah?” bentakknya kemudian, berani-beraninya kedua pengawal ini menahannya.
“Anda tak diizinkan berada di sini!” ucap salah satu pengawal tersebut.
Alward tersenyum meremehkan. “Apa kalian tidak tau siapa aku? Apa kalian mau mati?” Tak bisa lagi menahan emosi Alward memukul kedua pengawal tersebut.
“Hentikan,” Sebuah suara berhasil membuat Alward menghentikan perbuatannya.
Anthony menghampiri Alward diikuti pengawal yang cukup banyak dibelakangnya.
Alward berjalan mendekati Anthony. “Apa yang dilakukan pengawalmu padaku? Dia dengan tak sopan melarangku memasuki istana ini!”
“Itu karena aku yang menyuruhnya, aku tak membutuhkanmu lagi Alward. Sebelumnya terima kasih karena memepermudah aku mendapatkan Jeslyn dan menghancurkan kerajaan Alexei,” ucap Anthony to the point.
Alward yang mendengar ucapan Anthony dibuat tak berkutik, Apa ini? Apa pria dihadapannya ini hanya menjebaknya?
“Jangan khawatir aku tak akan membunuhmu karena jasamu yang cukup banyak ini ini. Hmm kau hanya harus pergi menjauh dan hidup tenang, aku berjanji akan menjaga Jeslyn karena diapun adalah cinta pertamaku, aku akan membuatnya bahagia sampai dia tak mengingat kalian semua.”
“Jangan bercanda anthony.” Alward tertawa, berharap ini hanya sebuah candaan.
Anthony tersenyum tipis. “Namun sayangnya aku tak sedang bercanda,” tegasnya kemudian lalu menghempas tangan Alward yang sebelumnya berada di lengan Anthony.
Deg, Penyesalan sepertinya mulai menghampiri Alward, dia menggeleng keras menyesali semuanya. “Kau benar-benar iblis.” Dengan langkah cepat dia berhasil memukul wajah Anthony menyisakan darah segar di sudut bibir pria itu.
Bug..Bug.. lagi dan lagi
Para pengawal segera melerai keduanya, menahan tangan Alward untuk menghentikan aksi pria itu. “Kau mau mati hah? Berani-beraninya memukul wajahku,” teriak Anthony membalas pukulan Alward dibantu oleh beberapa pengawal yang setia berdiri di belakangnya.
“Aku sudah memberimu kesempatan untuk pergi namun kau menolaknya, maka aku akan memberimu pelajaran karena berani memukulku!”
“Habisi dia!” ucapnya kemudian lalu berjalan pergi meninggalkan Alward yang sudah babak belur.
***
Anthony menetralkan emosinya, tak ingin Jeslyn melihatnya seperti ini, dia akan segera menemui Jeslyn di tempat ia mengurung wanita itu.
Langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu kamar bercat emas. Senyum bahagia terlihat jelas pada wajahnya, begimana tidak? Dia berada tepat dihadapan pintu kamar tempat wanita tercintanya dikurung.
Dengan Perlahan dia membuka pintu tersebut.
Clekk…
Jeslyn yang awalnya duduk melamun di depan jendela mendengar pintu terbuka langsung menoleh ke arah pintu.
Senyum menghiasi wajahnya. “A…Anthony ke..kenapa kau ada di sini?” Jeslyn nampak kaget melihat keberadaan Anthony.
Anthony juga tersenyum lembut padanya, ia lalu melangkah mendekati Jeslyn.
“Apa kau datang karena Genta menyuruhmu menolongku?” tanyanya penuh harapan setidaknya ada orang yang dia kenal mengetahui keberadaannya.
“Tentu Tidak sayang? Bagaimana bisa aku menolongmu! Ayolah Semua ini adalah rencanaku sayang!” Jawabnya dengan santai lalu berusaha mengelus lembut pipi Jeslyn.
Jeslyn segera menghindar, ia berjalan mundur menjauh. “A..Apa maksudmu? Kau sahabatku, mengapa melakukan hal seperti inj!” Jeslyn terdiam, mencoba untuk mencerna perkataan vampir dihadapannya ini, dan gadis itu tersentak begitu menyadari apa yang kini telah terjadi.
“Karena aku mencintaimu, kau cinta pertamaku. Aku tak bisa melihatmu bahagia bersama pria lain.”
Jeslyn kembali menatap pria di hadapannya shock. “Jadi semua ini adalah rencanamu? Kau dan pria tadi lah yang sudah menculikku dan membawaku kemari!” itu lebih terdengar seperti kalimat tuduhan dibandingkan pertanyaan. Ada kemarahan dari nada suaranya.
Jeslyn sungguh tak menyangka pria yang dianggapnya sebagai sahabat terdekatnya ternyata tega melakukan hal sekotor ini. Apa rasa cinta bisa menghapus kebaikan pada diri seseorang?
“Seratus poin untukmu, kau benar sekali sayang. Tapi bukan hanya aku dan ayahku, Alward juga bagian dari rencana ini. Aku memanfaatkannya untuk mengetahui situasi kerajaan.”
Jeslyn mengepalkan tangannya dengan kuat. Rasa takutnya yang sedari tadi ia rasakan menghilang entah kemana digantikan dengan perasaan marah dan kesal.
“Apa tujuan kalian membawaku kemari? Aku ingin pulang kau tau aku wanita milik Genta, aku tidak akan pernah bisa mencintai pria sejahat dirimu Anthony,” tegas Jeslyn bersiap keluar dari kamar tapi dengan sigap Anthony menangkap lengannya.
“Pulang kemana, hmm? Mulai sekarang kau wanitaku kau milikku sayang. Dan aku tidak ingin kau menyebut nama Genta lagi karena sebentar lagi aku akan segera menikahimu!” Anthony berujar dengan wajah tenangnya, tidak ada emosi dari nada suaranya.
“Lepaskan aku! Kau benar-benar Gila,” maki Jeslyn setengah berteriak.
“Dan aku tidak akan menikah denganmu, karena aku hanya mencintai Genta!” sambungnya.
“Yah kau betul Jeslyn, aku Gila, gila karenamu, aku bahkan menjadi sejahat ini karenamu jadi jangan membangkang karena aku akan membuatmu menjadi milikku segera, jadi tunggulah.” kali ini ucapan Anthony berhasil membuat Jeslyn bergidik.
Anthony menarik Jeslyn lalu menghempaskan gadis itu ke tempat tidur membuat Jeslyn membulatkan matanya takut pria itu berbuat macam-macam padanya, tubuh gadis itu sudah bergetar karena perasaan takut.
“auuuuu” jerit Jeslyn memegang perutnya, perlakuan Anthony benar-benar keterlaluan, dan harus segera dihentikan.
“Jangan berpura-pura sayang, aku tidak akan termakan aktingmu,” ucap Anthony perlahan kembali menyentuh pipi Jeslyn.
“Hentikan, kumohon hentikan, aku sedang hamil anak Genta!” teriak Jeslyn, lebih baik dirinya jujur, perilaku Anthony benar-benar diluar batas.
“Aa.apa?” tanya Anthony memastikan lalu menghentikan tindakannya setelah merasakan aura berbedaa pada diri Jeslyn.
“jangan bercanda Jeslyn!”
“Aku sungguh hamil, hamil anak Genta jadi kumohon hentikan dan lepaskan aku!” ucap Jeslyn berharap dari pengakuannya ini Alward bisa melepaskan.
“Tidak akan kulepaskan, aku sudah menunggumu sejak lama, anak itu tidak akan menjadi penghalang untuk kita! Kau harus segera menggugurkannya” suruh Anthony, bukannya marah Anthony justru mengelus lembut rambut Jeslyn.
“Tidak aku tak akan melakukan hal sekeji ituu! dia darah dagingku.” Jeslyn tidak mengerti akan apa yang ada di otak pria dihadapannya ini, sulit baginya untuk membaca ekspresi Anthony saat ini. Lucunya dia tetap menerima Jeslyn yang sedang mengandung anak Genta.
“Tidak ada penolakan, aku akan membuatmu lupa akan Genta dan Anakmu itu!”
Jeslyn menggeleng, dia terlalu takut. Air matanya mulai mengalir deras. “Genta, cepatlah datang! Kumohon, aku benar-benar membutuhkanmu!” batin Jeslyn Berseru!
***
Pikiran Alice tidak tenang, badannya terus gemetaran saking takutnya, ada perasaan menyesal karena telah ikut kerjasama membantu Anthony dan Tuan Phiter.
Dia menyesali karena telah menculik Jeslyn, dan membawanya ke kerajaan Philp.
Flashback
“Karena kau telah menyetujui untuk bekerja sama dengan ku, maka aku akan memberimu tugas yang sangat penting!”
Dahi Alice mengernyit tanda tidak paham akan ucapan tuan phiter.
“Besok siang kau harus bisa menculik dan membawa Jeslyn kemari,” ucapnya kembali serius.
“Apa?? Bagaimana bisa? Kastil bagian barat tempat Jeslyn berada amat ketat, dan tuan Genta selalu saja berada disisinya, bagaiman bisa aku menculiknya?”
“Jangan khawatir bawa ini, ini akan mempermudahmu membawa Jeslyn kemari,” suruh Tuan phiter
menyodorkan sebuah kantung hitam.
“Apa ini?”
“Serbuk bunga ester”
Flashback end
Penyesalan menghampirinya, melihat kemarahan Tuan muda Genta di aula istana membuatnya tidak tenang, yang ia inginkan hanya ingin bersama dengan pria yang sangat dicintainya. Bukan mati konyol seperti ini.
Bagaimanapun jika tuan Genta tau pastilah dia akan membunuhku dan keluargaku, membayangkannya saja sudah sangat menakutkan.
“Bukannya cinta Genta yang kudapat, aku mungkin akan dibunuh!” benak Alice ketakutan.