Genta menatapa lembut Jeslyn yang tengah tertidur pulas, perlahan ia mendekati Jeslyn,
“Entah apa yang akan kukatakan padamu nanti jika kau mengingat semuanya kembali!”
“Aku sangat mencintaimu sayang!” bisiknya sangat pelan.
“Kau hanya butuh waktu untuk mengingat semua tentang kita! Dan setelah itu aku akan membawamu kembali, dan membuatmu bahagia,” ucapnya.
Genta mencium lembut dahi wanitanya, sangat pelan takut membangunkan Jeslyn dari tidur lelapnya.
***
Jeslyn berjalan di koridor kampus, bayangan kejadian semalam terus terputar dalam ingatan Jeslyn, Dia tersenyum mengingat Genta yang menolongnya dan memberikan pelukan hangat padanya, pelukan yang sangat nyaman, dan Jeslyn akui dia sangat menyukai pelukan Genta.
Menurut Jeslyn, Genta pria pertama yang berani memeluknya dan dengan mudahnya Jeslyn menerima pelukan pria yang baru dikenalnya itu. Bukannya murahan, tapi pelukan Genta sungguh memabukkan.
“Yaampun ada apa denganmu Jeslyn,” runtuknya pada dirinya sendiri.
Kening indah jeslyn berkerut melihat Genta yang sedang berdiri di depan kelasnya.
Genta perlahan maju mendekati Jeslyn yang masih berdiri mematung karena gugup. Jantung Jeslyn berdetak sangat kencang, melihat Genta yang berjalan semakin medekat padanya.
“Ada apa dengan jantungku ini? apa sekarang aku punya penyakit jantung?” pikir Jeslyn dalam hati.
“Untukmu,” sodor Genta, sebuah bucket bunga mawar putih, yang memang merupakan bunga kesukaan Jeslyn dari kecil, kenapa Genta bisa tau bunga kesukaannya ini.
Seluruh mahasiswa menjadi heboh, dapat Jeslyn dengar bisik-bisik dari para mahasiswa yang tengah memerhatikan mereka berdua.
“Beruntung sekali Jeslyn.”
“Yang satu cantik dan yang satu tampan benar-benar pasangan sempurna.”
“Aku cemburu.”
Tanpa ragu Jeslyn mengambil bucket itu dari tangan Genta, pipinya memerah seperti kepiting rebus.
“Terima kasih,” ucap Jeslyn tersipu malu.
Begitu pula dengan Genta tersenyum lembut. Tanpa mereka sadari sepasang mata tengah memerhatikan mereka sedari tadi.
“Tidak akan kubiarkan kalian bahagia diatas penderitaanku!” geramnya terdengar sangat marah, ada nada kebencian yang tersirat pada ucapannya.
***
Kerajaan Alexei
“Bagaimana dengan Genta?” tanya tuan Leston.
“Sama seperti dulu Tuan, Tuan Genta sedang berusaha mendekati Nonya Jeslyn, hanya saja dia menggunakan cara halus, tidak dengan paksaan seperti dulu” Jelas Mandley pengawal setia Leston.
“Akan sangat sulit baginya. karena Jeslyn bahkan tidak mengingat apapun tentangnya, dilupakan oleh orang yang sangat dicintai tentunya sangatlah menyakitkan!” terdengar nada kesedihan pada ucapan Leston.
“Saya yakin Tuan muda akan membawa Nyonya Jeslyn kembali secepatnya!”
Leston tersenyum mendengarnya. “Akupun berharap begitu.”
“Tapi Mandley apa kau sudah mendapat kabar tentang penghianat itu?” tanya Tuan Leston, selama Alice belum ditemukan pikirannya tidak tenang. Alice adalah wanita yang sangat berbahaya.
“Pengawal masih berusaha mencarinya Tuan, secepat mungkin kita akan segera menemukannya.” Mandley berusaha meyakinkan Tuannya.
***
Jeslyn berjalan seorang diri membawa begitu banyak tumpukan buku, Mr Joe tanpa hati menyuruhnya mengembalikan semua buku ini ke perpustakaan.
Sunyi?
Dahi Jeslyn mengerut, cukup heran mengapa perpustakaan bisa sesunyi ini, tidak masuk akal. “Mungkin semua orang sedang beristirahat, inikan jam makan siang!” ucapnya menenangkan diri sendiri, ayolah Jeslyn orang yang penakut.
Tanpa pikir panjang Jeslyn segera mengembalikan semua buku itu pada rak sesuai nomornya.
huft, akhirnya selesai juga.
“Astaga, kau mengagetkanku saja,” ucap Jeslyn ketika berbalik seorang wanita sedang menatapnya intens.
“Hay Jeslyn, lama tidak berjumpa,” tegur wanita itu terkesan horror.
Jeslyn semakin Parno dibuatnya bagaimana tidak, wanita di hadapannya ini sedang menggunakan dress hitam selutut, cantik tapi mengerikan dengan iris mata berwarna merah, mungkin dia sedang menggunakan soflens, jeslyn berusaha berpikir jernih.
“kaa.kau mee.mengenalku?” tanyanya terbata-bata karena takut.
“Aku mengenalmu, sangatt mengenalimu Jeslyn, apa kau tidak merindukanku?”
Jeslyn mengerutkan dahinya semakin tidak mengerti akan ucapan wanita dihadapannya ini.
“Maafkan aku, aku tidak mengenalimu, aku harus pergi,” ucap jeslyn melangkah pergi.
“Aku lupa, bukan hanya aku yang kau lupa, kau bahkan melupakan Tuan muda Genta!” ucap Wanita itu menyeringai.
Yah sesuai dugaan, Jeslyn menghentikan langkahnya mendengar wanita itu menyebut nama Genta, Jelsyn lalu berbalik menatap wanita itu kembali. “Genta? apa maksudmu, kau mengenalinya?” tanya Jeslyn semakin bingung dibuatnya.
Wanita itu perlahan mendekati Jeslyn yang diam bak patung.
“Kau, dasar manusia lemah,”
“Manusia? apa maksud wanita ini? memangnya dia apa kalau bukan manusia!” batin Jeslyn semakin gelisah.
“Apa kau ingin tau siapa aku dan Tuan muda sebenarnya? aku yakin kau akan menjerit ketakutan jika aku menunjukkan jati diriku yang sebenarnya!” ucapnya tertawa, tawa yang sangat mengerikan.
Jeslyn dapat melihat seluruh pintu perpustakaan mulai tertutup, Jeslyn menoleh kesana kemari berharap menemukan seseorang, namun nihil perpustakaan benar-benar sunyi, hanya ada mereka berdua, ada apa ini?Jeslyn dibuat semakin takut.
“Sebenarnya apa ma..maumu hah, dan si..siapa kau?” bentak Jeslyn gagap pikirannya semakin tidak tenang.
“Baiklah aku akan menunjukkan diriku sebenarnya, bersiaplah,” ucap wanita itu.
Suhttt, Jantung Jeslyn seakan ingin melompat keluar , dapat diliatnya sebuah taring muncul dari gigi wanita itu.
“Vaaa..vampir.”
Kaki Jeslyn terasa lemas membuatnya jatuh linglung, Jeslyn ingin lari sekencang mungkin meninggalkan tempat ini tapi entah badannya terasa kaku. Air matanya mulai menetes, sungguh dia takut. “Siapapun kumohon tolong aku? Gentaaa kumohon tolong aku.” Hanya nama itu yang tersirat pada otak Jeslyn.
“Kaa..kauu Vaaampir,” tebak Jeslyn takut, air matanya terus mengalir deras. Jeslyn sungguh tidak menyangka, dia kira Vampir hanya cerita dongeng, tapi ini nyata.
“Hahahah Yah, aku Vampir, dan kau, kauhanya manusia lemah!” Wanita itu kembali tertawa sinis.
Badan Jeslyn semakin menegang mendengar pengakuan wanita itu.
“Siapapun kumohon tolong aku!” teriaknya sekencang mungkin.
***
Koridor Kampus
Genta merasakan Aura Jeslyn yang mulai menghilang, Apa-apaan ini! Genta mulai panik mencari keberadaan Jeslyn.
Genta berlari kearah kelas Jeslyn.
“Apa kau melihat Jeslyn?” tanyanya pada Arlen sahabat dekat Jeslyn yang baru keluar kelas.
“Tidak, dia bahkan tidak masuk ketika pelajaran Mrs Lauren, handphone nya pun tidak aktif!”
Sial, Genta Berlari meninggalkan Arlen yang dibuat kebingungan. Jeslyn dalam bahaya, dan Genta tau itu, ia dapat merasakan Aura Jeslyn yang semakin menjauh darinya.
“Sialan, siapapun yang berani menyentuh Jeslyn akan kubunuh dia,” desisnya Genta tangannya terkepal kuat, wajahnya berubah merah, menandakan amarah.
Perlahan dia mulai menerawang keberadaan Jeslyn, darahnya yang mengalir pada tubuh Jeslyn, akan sangat mudah untuk menemukannya!
“Ketemu,” ucapnya lalu menghilang.
***
Brak, Suara Pintu ruangan perpustakaan dibanting keras.
“Singkirkan tangan kotormu itu dari wanitaku,” bentak Genta penuh emosi.
Senyuman terukir diwajah sembab Jeslyn, Genta dapat melihat mata membengkak wanitanya. “Ge..genta” ucap Jeslyn Sesegukan.
Alice yang semula berubah wujud, kini kembali menetralkan dirinya, ia tentu tak ingin tanpil seperti itu di hadapan pujaan hatinya. “Tuan Genta akhirnya kau datang, aku sangat merindukanmu!” ucap Alice kemudian tersenyum bahagia.
“Alice? dasar kau wanita sialan,” marah Genta tangannya semakin terkepal kuat.
“Kau tidak bisa menyalahkanku sepenuhnya, aku menghianati keluargaku karenamu, dan aku menghianati kerajaan pun karenamu, semua ini karenamu Tuan muda Genta, kenapa kau tidak mengerti itu!” kata Alice tersenyum miris.
“Diamlah,” bentak Genta, tak memperduliakan Alice.
Alice yang tak terima prianya membentaknya, cukup hilang kendali. “Anda yang harusnya diam Tuan, aku sungguh sangat haus , aku tidak akan segan-segan mencicipi darah Jeslyn yang sangat menggoda ini!”
Deg, Genta sudah tidak bisa menahan Amarahnya, perlahan taring muncul dari giginya, iris matanya sudah berubah merah, dia berada dalam keadaan tak segan-segan membunuh siapapun yang berani menyentuh wanitanya.
Jeslyn yang melihat perubahan Genta terkejut bukan main tak menyangka ucapan wanita dihadapannya ini benar. “Me..mereka vampir,” gumamnya shock, hilang sudah kepercayaannya.
“Maafkan Aku Jeslyn!” Gumam Genta melihat perubahan tatapan Jeslyn padanya.
“Apa ini mimpi? kalau iya Jeslyn harap dia segera bangun dari mimpi buruknya”
Blush, Dengan secepat kilat Genta sudah mencekik leher Alice membawanya menjauh dari Jeslyn. “Kekuatanmu bahkan tidak sebanding denganku, beraninya kau menyentuh wanitaku, hah!”
“Aku bahagia karena kau akhirnya menyentuhku!”
Genta benar-benar heran dengan ucapan wanita ini, tidak ada sekalipun terlihat penyesalan pada diri wanita itu.
Selanjutnya Genta mengelurkan sebuah pisau silver dari balik bajunya. “Matilah dan kuharap kau tidak bisa bereingkarnasi kembali.”
“Setidaknya aku bisa mati ditangan anda Tuan, Aku bahagia karena bisa Mencintaimu sampai akhir hayatku!” butiran bening yang keluar dari kelopak matanya, menghantarkan Alice menuju kematiannya.
“Diam!” ucap Genta, lalu menancapkan pisau itu tepat di jantung Alice.
Jeslyn semakin shock melihat pemandangan dihadapannya Genta dengan mudahnya menancapkan pisau pada jantung wanita itu.
Bagaimana bisa vampir membunuh sesama kaumnya, dengan cara keji seperti itu?
Tubuh Alice mendadak hangus dan menjadi debu.